Saat deman Twitter sedang memuncak, sebuah perusahaan bernama Peek coba meluncurkan perangkat dengan nama Twitter Peek. Perangkat yang memiliki bentuk mirip blackbeery mungil ini berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan hobi bagi mereka yang kecanduan bermain Twitter. Dengan hanya memiliki fungsi terbatas, membuat pengguna tidak tertarik dan akhirnya gagal di pasaran. Kekurangan lain yang membuatnya dijauhi adalah papan ketik qwerty yang digunakan ternyata kurang responsif dan memiilki antarmuka yang aneh.
Google Glass (2013)
Konsep yang ditawarkan Google Glass sempat membuat banyak orang penasaran dan ingin mencobanya. Diperkenalkan Mei 2013, kehadirannya sempat tertunda beberapa kali dengan alasan penyempurnaan yang terus dilakukan. Setelah rencananya 2014 selesai, ternyata Google menjadwal ulang kembali guna memperbaiki segala kendala yang ada. Namun setelah banyak yang mencoba purwarupa-nya, banyak pengguna yang kecewa dengan kekurangan yang masih dimilikinya, seperti daya tahan baterai, kurang nyaman digunakan, sampai bentuknya yang kaku. Dan yang paling mengecewakan adalah harga jualnya saat itu yang sangat tinggi yaitu US$1500 atau sekitar 18 juta rupiah.
Microsoft Zune (2006)
Microsoft menghadirkan Zune, sebuah perangkat pemutar musik, untuk menyaingi iPod yang diluncurkan sebelumnya oleh Apple. Namun Microsoft dianggap terlambat dalam menanggapi persaingan pasar, terutama kesuksesan iPod yang diluncurkan di tahun yang sama. iPod diklaim memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki Zune. Selain itu, banyak pengguna yang mengeluhkan masih banyaknya bug yang dijumpai. Ini membuat Zune makin tenggelam dan tidak sanggup bersaing. Microsoft sendiri akhirnya resmi menghentikan seluruh layanan Zune terhitung sejak tahun 2012.
HD-DVD (2002)
Awalnya HD-DVD dan Bluray merupakan dua format video yang bersaing dalam menghadirkan video dalam format definisi tinggi. Toshiba dan NEC sebagai pionir yang merilis HD-DVD ke publik pada tahun 2006. Awalnya sempat sukses dan mengungguli kehadiran Bluray. Namun tidak lama, HD-DVD mengalami penurunan penjualan dan gagal di pasaran karena kalah bersaing dengan Bluray yang di komandani oleh Sony. Kegagalan HD-DVD di pasaran karena Bluray berhasil meyakini studio-studio film dunia untuk merilis film mereka dalam format Bluray. Sebagai pemilik salah satu studio film utama dunia, usaha Sony ini berhasil dan banyak film-film yang hadir dalam format Bluray. Imbasnya HD-DVD makin kalah dan dukungan terhadap format tersebut mulai berkurang. Secara resmi format HD-DVD dihentikan pada tahun 2008.
Penulis | : | Dayu Akbar |
Editor | : | Dayu Akbar |
KOMENTAR