Pada Juli 2018, Xiaomi resmi masuk ke bursa saham melalui initial public offering (IPO) yang digelar di Hongkong, China.
Sejak saat itu, Xiaomi wajib membuka laporan keuangannya tiap kuartal ke publik.
Pada kuartal II-2018, Xiaomi mampu memuaskan ekspektasi para pemegang saham. Produsen ponsel Redmi dan Mi itu menghimpun profit 2,1 miliar dollar AS (Rp 30 triliun) selama periode tiga bulan yang berakhir pada 30 Juni 2018.
Pendapatan totalnya naik 68 persen dibandingkan tahun lalu, mencapai angka 6,6 miliar dollar AS (Rp 96 triliun). Sentimen positif ini memperkuat posisi Xiaomi di bursa saham.
Pada penutupan jam dagang, harga saham Xiaomi meningkat 1,6 persen menjadi 17,68 dollar Hongkong (Rp 32.000 per lembar) sebagaimana dihimpun TechCrunch.
Laporan kinerja kuartal II ini membuktikan Xiaomi mampu bangkit pasca beberapa kali jatuh.
Terakhir, saham Xiaomi sempat turun pasca IPO karena beberapa faktor, salah satunya kekhawatiran munculnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Faktor lainnya disebut-sebut karena sentimen negatif para investor terhadap ekuitas global.
Banyak pula yang meragukan keberlangsungan model bisnis Xiaomi yang selama ini menjajakan ponsel murah berkualitas tinggi.
Menjawab keraguan masyarakat, Xiaomi pun gencar mengekspansi pasarnya agar tak cuma besar di China. Belakangan Xiaomi mulai memiliki daya saing tinggi di Eropa, persisnya di Spanyol dan Mesir.
Ke depan, Xiaomi pun tak ingin puas dikenal sebagai produsen smartphone murah semata. Xiaomi berupaya agar mampu menjadi perusahaan internet yang memiliki portofolio lengkap di sektor hardware dan software.
Mampukah Xiaomi unjuk gigi dari sektor produk dan ekspansi pasar? Kita tunggu saja.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Xiaomi Raup Untung Rp 30 Triliun di Kuartal II-2018"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR