Google belakangan disebut-sebut sedang mengembangkan mesin pencari khusus untuk China yang dilengkapi mekanisme sensor otomatis supaya bisa diterima oleh pemerintah negara itu.
Informasi ini berasal dari sebuah memo tentang search engine bernama “Dragonfly” yang beredar di kalangan karyawan Google.
Sebagian pekerja Google disinyalir tak setuju dengan rencana search engine dengan sensor dan telah menggelar sejumlah protes internal.
Belakangan, manajemen Google kabarnya marah besar setelah mengetahui rencana Dragonfly beredar. Seperti dikutip dari The Intercept, Google murka karena memo soal Dragonfly beredar luas, bahkan di level karyawan yang seharusnya tidak tahu soal keberadaan sang mesin pencari tersebut.
Departemen sumber daya manusia Google lantas menghubungi langsung tiap pegawai yang diduga sudah mengakses atau menyimpan kopi memo bersangkutan, lalu meminta mereka segera menghapusnya.
Namun, langkah tersebut agaknya sudah terlambat karena sebagian informasi soal Dragonfly kadung bocor ke luar Google dan kini menjadi konsumsi khalayak luas di internet.
Purwarupa Dragonfly dibuat oleh Google dalam bentuk aplikasi untuk platform mobile Android dan iOS.
Dalam mengembangkan Dragonfly, Google disinyalir membuat “joint venture” dengan perusahaan China yang namanya tidak diketahui.
Sistem sensor di search engine ini secara otomatis akan memblokir kata kunci tertentu yang dinilai sensitif di China sehingga tidak dimunculkan di laman pencarian.
Kata kunci dimaksud misalnya terkait tema-tema “hak asasi manusia”, “protes mahasiswa”, dan “hadiah Nobel” dalam bahasa mandarin.
Perusahaan China yang menjadi rekanan bisa menambah daftar kata kunci dalam blacklist. Pengguna Dragonfly diharuskan untuk melakukan login terlebih dahulu. History pencarian mereka diasosiasikan dengan nomor ponsel.
Pergerakan pengguna di dunia maya, termasuk alamat IP perangkat yang digunakan dan tautan yang diklik, pun bisa dilacak.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR