Find Us On Social Media :

Gara-gara Bos Suka Berjudi, Pabrik Smartphone Gionee Terancam Tutup

By Rafki Fachrizal, Senin, 3 Desember 2018 | 17:48 WIB

Liu Lirong, CEO Gionee

Bagi sebagian banyak orang, smartphone asal negara Cina yang populer diketahui biasanya berasal dari vendor seperti Xiaomi, Oppo, Vivo dan Huawei. Nyatanya, masih ada vendor smartphone lain yang populer dan memiliki pengaruh di Negeri Tirai bambu ini, yaitu Gionee.

Menariknya, dibeberapa negara Gionee telah menjadi salah satu pemain terkemuka yang mampu menantang vendor besar seperti Samsung dan iPhone. Bahkan, di Cina sendiri Gionee pernah menduduki posisi keenam sebagai smartphone terlaris pada masanya.

Meski demikian, sayangnya akhir-akhir ini kesuksesan perusahaan ini semakin meredup drastis dan sedang menghadapi masa-masa kritis lantaran masalah keuangan yang kabarnya merupakan ulah dari bos perusahaan ini.

Dikutip dari South China Morning Post, Liu Lirong yang merupakan CEO dari perusahaan Gionee memiliki kebiasan buruk, yaitu berjudi. Liu disinyalir menggunakan uang perusahaan untuk melakukan judi yang mengakibatkan perusahaan saat ini berada di ujung tanduk dan berpotensi gulung tikar.

Tak tanggung-tanggung, jumlah uang yang dihabiskan bos Gionee ini juga terbilang sangat besar. Bahkan, dikabarkan Liu sempat kalah di meja judi yang mengakibatkannya dirinya harus kehilangan uang sebesar 10 miliar yuan (Rp20,6 triliun). Namun, Securities Times melaporkan bahwa Liu mengaku hanya kehilangan sekitar 1 miliar yuan (sekitar $144 juta).

Mendengar kabar tersebut, Liu pun membantah soal tudingan tersebut. Liu mengakui bahwa memang mengakui tentang judi tersebut danbersikeras bahwa tidak menggunakan dana dari Gionee. Namun, dia mengaku hanya meminjam sebagian dana dari perusahaan.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan saat ini perusahaan Gionee sedang terlilit hutang dengan jumlah sekitar S2,45 miliar. Hutang tersebut meliputi tunggakkan pembayaran pada beberapa institusi, pemasok komponen smartphone, hingga agensi periklanan.

Informasi lainnya, pada November lalu, sekitar 20 suplier yang menahan pasokan untuk perusahaan Gionee ini dilaporkan telah mengajukan permohonan restrukturisasi dan kebangkrutan atas Gionee ke pengadilan di wilayah Shenzen, Cina.

Permohonan tersebut diajukan lantaran Gionee gagal membayar biaya produksi kepada para pemasuk tersebut selama beberapa bulan lalu.

Melihat dari kejadian yang menimpa perusahaan Gionee ini, ya semoga saja perusahaan bisa lolos dari krisis keuangan yang dialaminya saat ini dan bisa kembali mendapatkan posisi strategisnya di pasaran smartphone Cina seperti masanya dahulu.