Amerika Serikat (AS) merupakan negara adi kuasa dan memiliki kekuatan militer terbesar di dunia saat ini. Bahkan, anggaran militer AS lebih banyak dari APBN Indonesia sekalipun.
Yang menggelikan, sistem keamanan senjata dan siber militer AS tidak sehebat yang dibayangkan.
Laporan US Departement of Defense Inspector General (DOD IG) mengungkapkan sistem pertahanan misil udara AS tidak memiliki enkripsi data, tidak ada antivirus, otentikasi multi factor, dan tidak rajin melakukan patch untuk menutup lubang keamanan tempat masuknya hacker.
Laporan DOD IG itu terungkap setelah melakukan inspeksi mendadak ke lima lokasi acak milik Missile Defense Agency (MDA). MDA sendiri adalah lokasi Ballistic Missile Defense System (BMDS) yang berguna untuk meluncurkan misil balistik untuk menangkal rudal nuklir yang mengarah ke negara tersebut.
Laporan itu melanjutkan kualitas sistem pertahanan MDA sangat minim, bahkan orang yang tidak memiliki izin bisa masuk ke dalam daerah terlarang.
Bahkan, rak servernya tidak ada kunci, sehingga siapapun yang masuk ke sana bisa mengaksesnya dengan mudah, dan mengubah apa yang ada di dalam server.
Belum lagi, banyak area atau daerah yang tidak terjangkau oleh pengawasan kamera CCTV dan sensor pintu juga menunjukkan terkunci padahal tidak terkunci.
Ironisnya, sistem pertahanan misil itu tidak memiliki sistem keamanan otentikasi multi lapis, sebuah fitur keamanan yang wajib ada di ponsel pintar modern saat ini. Keironisan lainnya adalah ada satu celah keamanan yang tidak ditambal (patch) untuk mengatasi lubang keamanan yang ditemukan pada 1990 seperti dilaporkan NavyTimes.
Para personilnya tidak melakukan patch secara berkala sehingga banyak lubang yang bisa digunakan oleh hacker untuk masuk. Jangankan hacker, virus bisa pula masuk dengan bebas ke sana karena tidak adanya program antivirus yang mencegah terjadinya kerusakan di sistem operasinya.