Saat ini bisnis Huawei sedang berada dalam tekanan karena negara adi kuasa Amerika Serikat (AS) dan sekutunya melarang bisnis Huawei di negaranya.
Bahkan, Presiden AS Donald Trump pun akan melarang total penggunaan Huawei dan ZTE di negaranya.
AS beralasan Huawei memiliki ikatan erat dengan pemerintah Tiongkok dan memiliki peran mata-mata yang memberikan data pengguna kepada pemerintah Tiongkok.
Selain AS, ada pemerintah Australia, Selandia Baru, Jepang, Perancis dan Jerman yang memblokir penggunaan teknologi Huawei.
Tentunya, pelarangan Huawei akan menimbulkan konsekuensi yang lebih besar, mengingat pemerintah Tiongkok akan sepenuhnya mendukung Huawei.
Pemerintah Tiongkok memberikan subsidi yang besar kepada Huawei sehingga mampu menawarkan perangkat dan layanan telekomunikasi lebih murah dari kompetitor.
"Eksekutif di salah satu operator besar Inggris mengatakan Huawei bisa menyediakan produk hampir setahun sebelum Nokia dan Ericsson serta menawarkan hardware dengan teknologi sebanding," demikian laporan Wall Street Journal seperti dikutip Asia Times.
"Mereka mengatakan pada pejabat Inggris, yang berencana memutuskan apakah akan melarang perangkat Huawei dari negara itu, bahwa blacklist Huawei bisa menunda peluncuran 5G di Inggris sampai 9 bulan," tambah Wall Street Journal.
Selain itu, Teknologi 5G Huawei jauh lebih unggul daripada kompetitornya yaitu Nokia dan Ericsson.
Nokia dan Ericsson sukar menandingi kecepatan Huawei dan Samsung baru melakukan investasi dan terlambat masuk di bisnis 5G. Sebagai balasan, pemerintah Tiongkok akan membalas dengan memblokir penggunaan Ericsson dan Nokia di negaranya.
Hal itu akan memberikan pukulan bisnis yang cukup telak bagi kedua perusahaan tersebut karena banyak pegawai Ericsson dan Nokia berbasis di Tiongkok.