Pendapatan industri video game di Amerika Serikat (AS) mencapai 43,8 miliar dollar AS (Rp 620 triliun) sepanjang 2018. Data ini dirilis Entertainment Software Association dan The NPD Group.
Raupan terbesar berasal dari software, mencakup pembelian game dan item-item di dalam game senilai 35,8 miliar dollar AS (Rp 506 triliun).
Sementara itu, penjualan hardware dan perkakasnya meraup 7,5 miliar dollar AS (Rp 106 triliun).
Secara total, pendapatan industri video game pada 2018 naik 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan berhasil mengalahkan pendapatan box office untuk industri film di Hollywood.
Pada akhir 2018, lembaga analis comScore melaporkan pendapatan dari penjualan tiket box office di seluruh dunia berada di angka 41,7 miliar dollar AS (Rp 590 triliun), atau lebih kecil sekitar 2 miliar AS (Rp 28 triliun) dibandingkan pendapatan tahunan industri game di AS.
Layanan streaming semacam Netflix dan Hulu pun masih kalah jauh dibandingkan video game jika ditilik dari pendapatan.
Laporan dari Multichannel News menyebutkan penghasilan layanan streaming sepanjang 2018 hanya 28,8 miliar dollar AS (Rp 407 triliun).
Hal ini menunjukkan video game dan konten-konten terkait menjadi sumber hiburan paling adiktif bagi masyarakat modern. Mereka tak segan mengeluarkan kocek demi pengalaman bermain video game yang andal.
Akses video game pun kini semakin mudah dan beragam. Vendor konsol lebih inovatif merilis perangkat, ditunjang para pengembang game yang kian produktif. Fenomena ini telah disadari penyedia jasa industri hiburan lainnya, misalnya saja Netflix.
Layanan streaming yang semakin gencar memproduksi konten orisinil tersebut tengah menghadapi kompetisi sengit dengan layanan tradisional semacam HBO dkk.
Kendati begitu, kekhawatiran Netflix justru lebih besar ke industri video game yang jelas-jelas berseberangan.
“Kami lebih berkompetisi (dan kalah) dengan Fortnite ketimbang HBO,” kata perwakilan Netflix seperti dikutip TechCrunch.
Agaknya kompetisi yang gesit di industri hiburan lintas sektor memberikan alternatif yang lebih beragam bagi masyarakat.
Tentu saja hal ini juga berbanding lurus dengan tingkat konsumsi yang semakin tinggi pula.