Saat ini Go-Jek sedang menjalin kesepakatan bisnis dengan Google, Tencent, dan JD.com untuk mendapatkan pendanaan terbaru.
Rencananya, investasi ketiga perusahaan itu akan mencapai USD 920 juta atau sekitar Rp 12,9 triliun di Go-Jek.
Go-Jek memang membutuhkan dana segar senilai USD 2 miliar untuk melebarkan sayap bisnisnya ke Asia Tenggara.
Apabila investasi dari ketiga investor itu Google, Tencent, dan JD.com terjadi, maka nilai valuasi Go-Jek akan tembus USD 9,5 miliar atau setara Rp 133 triliun.
Nilai valuasi itu akan membuat Go-Jek sebagai startup pertama Indonesia yang menyabet 'gelar' decacorn, sebuah istilah perusahaan rintisan yang nilainya lebih dari USD 10 miliar.
Sebelumnya, Go-Jek bersama dengan Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak adalah startup Indonesia yang berada di level unicorn, yaitu perusahaan rintisan yang valuasinya di atas USD 1 miliar.
Sejauh ini Go-Jek telah mengumpulkan lebih dari USD 2 miliar dari berbagai investor, termasuk USD 1,4 miliar yang diperoleh tahun lalu. Kala itu, Go-Jek mendapatkan pendanaan dengan perhitungan valuasi sebesar USD 5 miliar, seperti dikutip Tech Crunch.
Go-Jek pertama kali berdiri pada tahun 2010. Ketika itu, go-Jek melayani transportasi ojek yang mengandalkan call center.
Pada 2015, Nadiem membawa Go-Jek lebih inovatif lagi dengan menghadirkan aplikasi sampai populer hingga sekarang ini.
Go-Jek sendiri sejauh ini telah mengembangkan bisnis di luar transportasi dengan menawarkan fintech dan layanan lainnya di Indonesia.
Unicorn Indonesia itu juga telah memperluas pasar ke Vietnam melalui Go-Viet, Thailand dengan brand Get dan Singapura dalam waktu dekat ini.