Nilai mata uang kriptografi Bitcoin kini semakin melorot. Bahkan menurut lembaga riset JPMorgan Chase & Co, nilai mata uang Bitcoin kini lebih rendah dari biaya untuk menambangnya.
Menurut analis JPMorgan, untuk menambang satu Bitcoin, biaya yang harus dikeluarkan investor berkisar sekitar 4.060 dollar AS atau sekitar Rp 57 juta. Angka tersebut merupakan hasil riset pada kuartal keempat tahun lalu.
Sementara harga jual satu Bitcoin saat ini tercatat hanya sekitar kurang dari 3.500 dollar AS (sekitar Rp 48 juta). Dengan kata lain, biaya untuk menambang satu Bitcoin lebih besar ketimbang harga jual Bitcoin.
Kendati demikian, tak semua investor harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli satu Bitcoin.
Di wilayah China, investor bisa mendapat satu Bitcoin dengan harga yang lebih murah yakni sekitar 2.400 dollar AS.
Perbedaan harga tersebut dikarenakan para investor di China dapat membuat kesepakatan dengan perusahaan listrik. Dalam menambang Bitcoin, biaya listrik memang menjadi biaya yang paling besar dikeluarkan.
Dengan kesepakatan itu, penambang bisa menekan biaya penambangan untuk meraup keuntungan.
"Penurunan harga Bitcoin dari sekitar 6.500 dollar AS sepanjang Oktober hingga di bawah 4.000 jadi semakin negatif untuk hampir setiap wilayah, kecuali para penambang di China berbiaya rendah," ungkap analis JP Morgan seperti dikutip Bloomberg.
Hal itu akan membuat banyak investor yang menarik diri dari bisnis tambang Bitcoin. Jika kemudian hanya para penambang di China yang dapat bertahan, analis memprediksi biaya marjinal untuk menambang satu Bitcoin akan menurun hingga kurang dari 1.260 dollar AS.