Find Us On Social Media :

IDC Prediksi Anggaran Belanja TIK Capai Rp465 Triliun Tahun ini

By Adam Rizal, Sabtu, 2 Februari 2019 | 14:00 WIB

IDC Prediksi Anggaran Belanja TIK Capai Rp465 Triliun Tahun ini

Perusahaan riset pasar IDC memprediksi para pelaku bisnis dan perusahaan di Indonesia akan mengalokasikan anggaran Rp465 triliun untuk belanja di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada tahun ini.

Nilai anggaran itu meningkat dari belanja tahun sebelumnya senilai Rp435 triliun.

Head of Operations IDC Indonesia Mevira Munindra mengungkapkan bujet anggaran TIK itu dipergunakan untuk membeli penyimpanan komputasi awan hingga menyewa konsultan teknologi untuk melakukan transformasi digital.

"Belanja didominasi oleh hardware spending terutama untuk enterprise (perusahaan besar). Seperti cloud storage (penyimpanan awan), services (jasa) juga banyak, konsultan, resource (sumber daya)," kata Mevira di acara IDC Indonesia FutureScape di Hotel Shangri-La, Jakarta.

IDC juga memprediksi para pelaku bisnis dan perusahaan di Indonesia akan menaikan bujet anggaran TIK menjadi Rp488 triliun pada 2020 dan Rp514 triliun pada 2021.

Mevira mengatakan prospek bisnis jasa penyedia dan pembangunan infrastruktur teknologi sangat besar karena para pelaku bisnis membutuhkan bantuan untuk bertransformasi digital. Apalagi, saat ini hanya 30 persen perusahaan yang fokus digitalisasi.

"Ada 30 persen perusahaan di Indonesia kami klasifikasikan digital determined (diarahkan oleh digital). Masih ada yang butuh bantuan untuk inovasi karena banyak tantangan yang dirasakan," kata Mevira.

Tahun ini, para pelaku bisnis dan perusahaan akan fokus ke penyimpanan komputasi awan. "80 persen perusahaan di Indonesia mengakui akan mengimplementasi dan berencana untuk menggunakan komputasi awan di bidang industri," ucapnya.

Selain itu, Mevira mengatakan perusahaan-perusahaan di Indonesia akan menciptakan aplikasi sendiri yang bisa menopang bisnis mereka pada lima tahun mendatang. Bahkan, IDC memprediksi akan muncul 5 juta aplikasi dalam waktu lima tahun.

"Sekarang industri mature seperti perbankan sudah ada tim untuk menciptakan aplikasi sendiri. Dengan alat dan platform baru, lebih banyak pengembang, metode yang adaptif akan banyak aplikasi yang akan bermunculan, tutur Mevira.