Find Us On Social Media :

Waspada! Hacker Bisa Bobol Drone untuk Lakukan Serangan Jarak Jauh

By Adam Rizal, Sabtu, 2 Februari 2019 | 15:00 WIB

Waspada! Hacker Bisa Bobol Drone untuk Lakukan Serangan Jarak Jauh

Vitaly Kamluk (Principal Security Researcher, Global Research and Analysis Team, Kaspersky Lab) mengatakan para penjahat siber akan mengincar dan menyerang perangkat jaringan pada tahun ini karena perusahaan akan sangat sulit mendeteksinya.

"Di rumah, setidaknya Anda punya belasan perangkat yang terhubung ke internet, sound system Anda misalnya atau vacuum cleaner. Berapa sering perangkat itu mendapatkan update? Apakah perusahaan yang membuatnya terus memberikan dukungan?," katanya.

Vitaly juga memprediksi serangan botnet IoT (Internet of Things) akan makin banyak pada tahun ini karena para hacker akan menggunakan perangkat IoT yang sudah diretas untuk melakukan serangan DDoS (Distributed Denial of Service).

"Serangan ini bisa membuat sebuah perusahaan atau sebuah negara tidak bisa terhubung ke internet. Tetunya ini bisa menyebabkan kerugian finansial jika sebuah negara sangat menggantungkan diri ke internet," ujarnya dalam siaran persnya.

Selain itu, tren serangan siber lainnya pada tahun ini lain adalah tidak ada lagi serangan APT dalam jumlah yang masif. APT sendiri adalah singkatan dari Advanced Persistent Threat, yaitu sebuah grup yang bisa meretas dan mendapatkan akses ke sebuah sistem dalam jangka waktu lama tanpa terdeteksi.

"Cara kerja APT lama akan berubah. Salah satu fokus mereka sekarang adalah untuk memastikan aktivitas mereka tidak bisa dikenali dari serangan yang mereka lakukan," pungkasnya.

Kaspersky Lab juga memprediksi para penjahat siber juga akan sering menggunakan modus serangan spearphishing pada tahun ini karena kehadiran pasar gelap dapat membantu para penjahat siber untuk menjual informasi yang bocor dari berbagai media sosial.

Spearphising adalah metode serangan yang menargetkan seseorang atau organisasi tertentu dengan mengirimkan email seolah-olah datang dari lembaga terpercaya. Biasanya, tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi sensitif.

Para penjahat siber juga akan memanfaatkan keberadaan teknologi seperti drone dan 5G. Vitaly memberikan contoh, para hacker bisa menggunakan drone untuk melakukan serangan dari jauh. Sementara kehadiran teknologi 5G memudahkan para kriminal untuk mentransfer data.

"Jika dibandingkan dengan 4G, 5G tidak hanya 2 kali lebih cepat, tapi 10 kali lebih cepat. Itu berarti, jika dulu para penyerang memerlukan waktu harian atau mingguan untuk mentransfer data, dengan 5G, data dalam jumlah besar bisa ditransfer dalam hitungan detik," kata Vitaly

Sejak tahun lalu, pemerintah tidak lagi segan mengekspos para pelaku siber dengan menyebutkan nama, menampilkan foto, dan mengumumkan kejahatan yang dilakukan para siber.

Langkah itu bertujuan untuk mengurangi jumlah kriminal siber baru dan membuat para penyerang berpikir dua kali sebelum melakukan serangan.