Find Us On Social Media :

Cryptocurrency senilai Rp.2 triliun Hilang Akibat Sang CEO Meninggal

By Wisnu Nugroho, Senin, 4 Februari 2019 | 09:56 WIB

Kasus pembobolan cryptocurrency

Dana sebesar US$145 juta atau sekitar Rp.2 triliun berbentuk cryptocurrency terancam hilang selamanya. Hal ini terjadi setelah CEO QuadrigaCX, salah satu portal cryptocurrency di Kanada, meninggal dan membawa mati password untuk mengakses dana tersebut.

Cerita bermula dari kematian mendadak CEO QuadrigaCX, Gerry Cotten, di India pada Desember 2018 kemarin. Masalah muncul karena hanya Gerry yang memiliki password cold wallet yang digunakan untuk menyimpan sebagian besar cryptocurrency milik QuadrigaCX.

FYI, cold wallet adalah file berisi “uang” cryptocurrency yang tidak terhubung ke internet. Ada pula hot wallet yang berarti file tersebut terhubung ke internet. Cold wallet biasanya digunakan sebagai langkah pengamanan agar sulit dicuri.

Namun karena kematian mendadak sang CEO, semua cryptocurrency di dalam cold wallet itu terancam hilang selamanya. Padahal, cryptocurrency tersebut milik pengguna yang menggunakan portal QuadrigaCX untuk melakukan transaksi cryptocurrency.

Perlindungan Hukum

Awalnya, tidak banyak yang mengetahui perihal kematian Cotten. QuadrigaCX bahkan tetap beroperasi dengan mengandalkan sisa dana di hot wallet dan meminjam uang dari bank. Namun berita kematian Cotten terungkap setelah sang istri mengumumkan hal tersebut di Reddit. Setelah berita ini muncul, pengguna QuadrigaCX langsung panik dan melakukan penarikan besar-besaran.

Hal inilah yang mendorong manajemen QuadrigaCX untuk meminta perlindungan pengadilan dari tuntutan hukum. “Dalam beberapa minggu terakhir, kami bekerja keras untuk menyelesaikan masalah likuiditas, termasuk mencoba mengembalikan dana yang tersimpan di dalam cold wallet” ungkap QuadrigaCX dalam surat ke pengadilan.

“Akan tetapi, saat ini usaha kami belum mendapatkan hasil.”

Manajemen QuadrigaCX telah melakukan berbagai langkah untuk membuka cold wallet tersebut. Salah satunya dengan menyewa konsultan security untuk membuka file yang terenkripsi tersebut, namun tidak berhasil. Saat ini, operasional QuadrigaCX berada dalam pengawasan penuh Ernst & Young untuk memastikan tidak ada penyelewengan.

Akan tetapi, nasabah QuadrigaCX tentu saja gerah mendapati cryptocurrency mereka hilang begitu saja. Bahkan ada yang menuduh kematian Cotten hanya sandiwara, dan kini ia melarikan diri dan membawa seluruh cryptocurrency tersebut.

Kasus ini menambah daftar insiden yang melibatkan platform cryptocurrency. Pada September 2018, platform penukaran cryptocurrency Jepang, Zaif, dibobol hacker dan menyebabkan kerugian US$60 juta. Sedangkan di Juli 2018, platform cryptocurrency Bancor yang kebobolan dan kehilangan dana sebesar US$23,5 juta.

Namun kasus QuadrigaCX ini memang unik karena kerugian bukan disebabkan hacker. Menarik ditunggu apakah ada motif kriminal di balik kematian Cotten atau memang ini hanya kesialan saja.

Yang pasti, uang senilai Rp.2 triliun tersebut terancam hilang.