Bukalapak menyampaikan klarifikasi terkait kontroversi seputar tweet CEO mereka, Achmad Zaky.
“Mewakili Bukalapak, Achmad Zaky memohon maaf atas kekhilafannya dan atas segala kesalahpahaman yang timbul dan dengan tegas menyatakan bahwa cuitan tersebut tidak bermaksud untuk mendukung atau tidak mendukung suatu calon presiden tertentu, melainkan ajakan untuk bersama membangun Indonesia melalui penelitian dan pengembangan ilmiah” tulis Bukalapak dalam rilis resminya.
“Saya, Achmad Zaky selaku pribadi dan sebagai salah satu pendiri Bukalapak, dengan ini menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas pernyataan yang saya sampaikan di media sosial. Saya sangat menyesali kekhilafan tindakan saya yang tidak bijaksana tersebut dan kiranya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya,” kata Achmad Zaky.
Awal Kontroversi
Kontroversi bermula dari tweet Achmad Zaky di di akun miliknya, @achmadzaky. Di tweet tersebut, ia mengkritik alokasi dana riset di Indonesia yang relatif jauh lebih kecil dibanding negara lain. Sambil menunjukkan data alokasi riset di beberapa negara, di akhir tweet Zaky menuliskan “mudah2an presiden baru bisa naikin”.
Kicauan Achmad Zaky yang kini sudah dihapus
Pemilihan kata “presiden baru” inilah yang kemudian banyak dikritik karena bertendensi menjurus ke calon presiden tertentu. Apalagi belakangan, data dana riset Indonesia yang dikutip adalah data per 2013, bukan data 2016 seperti yang dikutip di tweet tersebut.
Kontroversi ini pun berdampak pada munculnya tagar #uninstallbukalapak yang masuk trending topic dalam 24 jam terakhir.
Zaky sebenarnya sudah mencoba meredam isu tersebut. Selain menghapus tweet kontroversial tersebut, ia juga menjelaskan konteks tweet tersebut. Zaky berkeyakinan, sebuah negara bisa bersaing jika dapat mengalokasikan dana riset yang besar untuk menumbuhkan inovasi.
Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, alokasi dana riset Indonesia memang sangat terbatas. Jika melihat APBN 2018, alokasi dana riset di Indonesia berkisar di angka Rp.24,9 triliun, atau tidak banyak berubah dari data tahun 2013. Dengan kata lain, topik yang diangkat Zaky sebenarnya relevan dengan kondisi saat ini.
Akan tetapi, gara-gara pemilihan kata yang “salah”, kontroversi pun menggelinding. Di periode sensitif jelang pemilihan presiden, hal-hal kecil seperti ini memang berpotensi jadi masalah.