Find Us On Social Media :

Tren E-Commerce Tidak "Bunuh" Toko Offline Tapi Buka Bisnis Baru

By Adam Rizal, Jumat, 1 Maret 2019 | 17:00 WIB

Ilustrasi e-commerce vs media sosial

Banyak kalangan pengusaha toko ritel takut menjamurnya toko online atau e-commerce akan membuat dagangannya tidak laku karena banyak pelanggan yang memilih beli barang dari toko oline dengan berbagai kemudahan dan promonya.

Pengamat ekonomi Yustinus Prastowo menilai revolusi e-commerce 4.0 tidak akan mematikan toko-toko offline seperti yang diperkirakan selama ini.

"Tidak benar e-commerce 4.0 akan meniadakan offline, tapi integrasi," kata Yustinus saat diskusi bersama Ipsos Indonesia mengenai riset "E-commerce 4.0 What's Next" di Jakarta.

Pasar e-commerce telah berkembang sejak pertama kemunculannya, lembaga riset Ipsos Indonesia mencatat platform e-commerce di Indonesia sudah ada pada era 1990-an dan salah satu pelopor pada E-commerce 1.0 tersebut adalah Indonet, namun platform mereka berbeda dengan e-commerce yang sekarang ada.

Layanan e-commerce saat itu hanya berupa katalog elektronik berupa harga dan deskripsi produk. Pemain lainnya, Bhinneka muncul pada era berikutnya E-commerce 2.0. Karakteristik e-commerce pada zaman ini berbeda dengan generasi sebelumnya, e-commerce menjadi kanal resmi untuk mendatangkan pendapatan bagi perusahaan.

Perkembangan pesat e-commerce selama lima tahun terakhir akhirnya menghadirkan E-commerce 3.0, berupa platform marketplace dan terpisah dari perusahaan induk. E-commerce menggandeng banyak pihak untuk masuk ke platform mereka.

Memasuki era E-commerce 4.0, banyak kekhawatiran e-commerce akan menggantikan toko fisik melihat situasi saat ini tetapi Yustinus melihat anggapan itu merupakan salah paham.

"E-commerce 4.0 itu kolaborasi," kata nya.

Kolaborasi antara toko online dengan toko offline dikenal dengan istilah "online to offline" atau O2O, misalnya berbelanja melalui platform online kemudian mengambil barang langsung di toko fisik terdekat.

"Kolaborasi O2O ini akan menciptakan lapangan pekerjaan baru karena sistem ini membutuhkan gerai fisik atau gudang (warehouse)," pungkasnya.

CEO Blibli.com Kusumo Martanto menyatakan sejak beberapa waktu belakangan mereka menggarap sektor O2O sebagai salah satu kanal penjualan. "Tujuan kami bukan mematikan toko, online ini menjadi salah satu kanal," katanya.

Konsumen yang datang langsung ke toko yang bekerja sama dengan Blibli dapat merasakan semua fasilitas online, misalnya program cicilan.