Tahun ini, Huawei mendapatkan tantangan bisnis yang sangat besar, menyusul beberapa negara memboikot kehadiran bisnis di negaranya.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ramai-ramai memboikot Huawei atas dugaan Huawei membocorkan data atau rahasia pengguna kepada pemerintah Tiongkok.
Huawei pun secara resmi menepis tanggapan sepihak AS tersebut dan menegaskan Huawei menghormati regulasi di negara setempat serta tidak ada hubungan dengan pemerintah Tiongkok.
Tidak terima dengan aksi sepihak AS, Pendiri dan CEO Ren Zhengfei menegaskan pertumbuhan bisnis Huawei tidak akan hancur walaupun AS mengajak negara lain untuk memblokir Huawei.
"AS tidak akan menemukan cara untuk menghancurkan kami. Dunia tidak akan meninggalkan kami karena kami lebih maju. Bahkan jika mereka mempengaruhi lebih banyak negara untuk tidak menggunakan perangkat kami. Kami akan selalu bisa memperkecil skala," kata seperti dikutip BBC.
Baru-baru ini, Menlu AS Mike Pompeo memperingatkan negara-negara sekutu AS untuk tidak menggunakan perangkat Huawei.
AS berkeras setiap perangkat Huawei memberikan akses intelijen Tiongkok untuk mengakses jaringan telekomunikasi sehingga mengancam sistem keamanan barat.
Ren tidak ambil pusing walaupun ia ada kemungkinan kehilang konsumen di negara-negara barat.
"Kami tidak akan menarik investasi karena masalah ini. Kami akan terus berinvestasi di Inggris," ucapnya menyoal sikap London yang belum mengambil keputusan untuk memblokir Huawei atau tidak.
"Jika cahaya mati di Barat, di Timur masih akan bersinar. Dan jika di Utara menjadi gelap, masih ada Selatan. Amerika tidak mewakili dunia, hanya sebagian dari dunia."
Ren kembali menegaskan Huawei tidak menjadi alat mata-mata Tiongkok seperti yang dituduhkan Washington.
Menurutnya, penangkapan sang anak Meng Wanzhou di Kanada hanya tameng atas perang dingin antara AS-Tiongkok.
"Perusahaan kami tidak akan pernah melakukan aksi mata-mata. Jika kami melakukan tindakan itu, maka saya akan menutup perusahaan ini," pungkasnya.