Vivo Indonesia belum berencana memproduksi ponsel lipat dan menjualnya di Indonesia karena belum ada permintaan ponsel pintar dari pasar Indonesia.
"Saat ini belum ada pembicaraan. Kita lihat ke depannya seperti apa," kata General Manager for Brand and Activation PT Vivo Mobile Indonesia, Edy Kusuma.
Vivo Indonesia melihat pasar ponsel di Indonesia sangat dinamis dan belum mempertimbangkan untuk membuat ponsel lipat di Indonesia. Vivo global telah membuat sub-merk bernama iQOO yang menyasar segmen premium.
Samsung bulan ini sudah memperkenalkan ponsel layar lipat pertama mereka bernama Galaxy Fold, sementara produsen ponsel lainnya diperkirakan akan meluncurkan ponsel lipat tahun ini, antara lain Huawei dan Xiaomi.
Edy juga belum mengetahui apakah iQOO, yang akan meluncurkan ponsel pada Maret mendatang, juga akan masuk Indonesia, meski pun pasar untuk ponsel premium ada.
"Kami masih riset, pelajari pasarnya," kata Edy.
Vendor ponsel membuat sub-brand untuk membedakan segmen produk dan pasar mereka, seperti yang dilakukan Huawei dengan Honor, Xiaomi-Redmi dan Oppo-Realme.
Vivo menilai sub-brand sebagai strategi mereka untuk meningkatkan nilai mereka di mata konsumen, sekaligus untuk menyediakan perangkat yang menunjang gaya hidup.