Find Us On Social Media :

Formjacking, Metode Baru Para Penjahat Siber untuk Hasilkan Uang

By Rafki Fachrizal, Kamis, 7 Maret 2019 | 17:00 WIB

Halim Santoso (Director Systems Engineering ASEAN Symantec)

Dalam beberapa tahun terakhir, ransomware dan cryptojacking adalah metode yang diandalkan para penjahat siber yang ingin mendapatkan uang dengan cara yang mudah.

Namun, di tahun 2018 terjadi penurunan dalam aktivitas dan keuntungan yang diperoleh dengan dua metode tersebut, terutama karena penurunan nilai cryptocurrency dan meningkatnya adopsi cloud dan komputasi mobile yang menjadikan serangan kurang efektif.

Menurut laporan terbaru dari perusahaan Symantec yang bertajuk Internet Security Threat Report (ISTR), saat ini para penjahat dunia siber menggunakan metode lain untuk menghasilkan uang, yaitu dengan metode formjacking

Baca Juga : 6 Sorotan Utama dari Laporan Symantec Tentang Serangan Siber di 2018

“Serangan formjacking sangat sederhana, pada dasarnya seperti skimming ATM virtual, di mana penjahat siber menyuntikkan kode berbahaya ke situs web toko ritel untuk mencuri detail kartu pembayaran pembeli,” kata Halim Santoso selaku Director Systems Engineering ASEAN Symantec, di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (06/03/18).

Halim menjelaskan, bahwa rata-rata lebih dari 4.800 situs web unik diinfeksi dengan kode formjacking setiap bulannya. “Symantec berhasil memblokir lebih dari 3,7 juta serangan formjacking pada endpoint di tahun 2018, dengan hampir sepertiga dari semua deteksi terjadi selama periode belanja online yang teramai tahun di tahun 2018, yaitu bulan November dan Desember,” ungkap Halim.

Meskipun sejumlah situs pembayaran online retailer terkemuka, termasuk Ticketmaster dan British Airways, diinfeksi dengan kode formjacking dalam beberapa bulan terakhir, penelitian Symantec mengungkapkan bahwa toko-toko ritel online kecil dan menengah adalah pada umumnya yang paling banyak diinfeksi.

Baca Juga : Belajar Online di Udemy Sekarang Sudah Tersedia dalam Bahasa Indonesia

Dengan perkiraan konservatif, penjahat cyber mungkin telah mengumpulkan puluhan juta dolar tahun lalu dengan mencuri informasi keuangan dan pribadi konsumen melalui penipuan dan penjualan data kartu kredit di situs-situs ilegal.

Hanya dengan 10 kartu kredit yang dicuri dari setiap situs yang diinfeksi dapat menghasilkan hingga 2,2 juta dolar setiap bulan, di mana satu kartu kredit bernilai hingga 45 dolar di forum-forum penjualan ilegal. Dengan lebih dari 380.000 data kartu kredit yang dicuri, serangan British Airways saja memungkinkan penjahat siber untuk meraup lebih dari 17 juta dolar. 

Formjacking merupakan ancaman serius bagi perusahaan dan konsumen. Konsumen tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah mereka mengunjungi toko ritel online yang terinfeksi tanpa menggunakan solusi keamanan yang komprehensif sehingga menjadikan informasi pribadi dan keuangan mereka yang berharga rentan terhadap pencurian identitas yang berpotensi merugikan,” ujar Halim.

“Untuk perusahaan enterprise, peningkatan kasus formjacking yang meroket mencerminkan meningkatnya risiko serangan rantai pasokan, serta risiko reputasi dan liabilitas yang dihadapi oleh para pelaku bisnis ketika terinfeksi,” tambah Halim.