Find Us On Social Media :

Mengapa Capres AS ini Ingin "Memecah" Google, Facebook, dan Amazon

By Wisnu Nugroho, Minggu, 10 Maret 2019 | 19:58 WIB

Ilustrasi Google

Calon presiden AS dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren, mengungkapkan sebuah ide kontroversial: “memecah” perusahaan teknologi seperti Google, Facebook, atau Amazon. Ide ini muncul untuk menciptakan kompetisi bisnis yang sehat.

Sebagai latar belakang, Elizabeth Warren bukanlah politikus kemarin sore. Ia telah menjadi senator sejak tahun 2012 setelah puluhan tahun menjadi dosen di berbagai universitas terkemuka di AS. Ia juga berasal dari Partai Demokrat yang memiliki pandangan moderat dan biasanya pro perubahan zaman (setidaknya berbeda dengan politisi Partai Republik seperti Donald Trump). Toh, Elizabeth Warren menginginkan regulasi yang lebih ketat atas keberadaan perusahaan digital.

Sikap tegas Elizabeth didasari fakta saat ini dunia digital dikuasai segelintir perusahaan, seperti Google, Facebook, atau Amazon. “[Dengan dominasi itu] Mereka melibas kompetitor, memanfaatkan informasi pribadi pengguna, dan membuat kompetisi yang tidak seimbang” tulis Warren di Medium. “Untuk mengembalikan keseimbangan demokrasi, mendorong kompetisi, dan memastikan inovasi teknologi terus terjadi, kita harus memecah perusahaan digital ini” tambah Elizabeth.

Untuk membatas sepak terjang perusahaan teknologi tersebut, Elizabeth menyodorkan usulan adanya batas yang disebut Platform Utilities. Jika sebuah perusahaan digital penyedia platform memiliki pendapatan di atas US$25 miliar, perusahaan tersebut tidak bisa menjadi menjadi produsen di platform tersebut. 

Agar lebih mudah membayangkan, ambil contoh Google. Google Search saat ini menguasai 70% pencarian dan memiliki pendapatan di atas US$25 miliar (tepatnya US$136,8 miliar). Berdasarkan aturan yang diusulkan Elizabeth, Google tidak bisa menjadi partisipan di semua hal terkait pencarian. Padahal saat ini, Google adalah pemilik DoubleClick, perusahaan yang mengelola iklan di internet.

Gebrakan Elizabeth tidak cuma itu. Jika terpilih sebagai presiden, Elizabeth juga akan membatalkan akuisisi yang sudah terjadi. Contohnya akuisisi Whatsapp dan Instagram oleh Facebook, atau akuisisi Waze dan Nest oleh Google. Elizabeth berargumentasi, akuisisi seperti itu seharusnya tidak boleh disetujui karena menyebabkan monopoli. “Tanpa akuisisi, Facebook akan berkompetisi dengan sehat melawan Instagram dan Whatsapp” tambah Elizabeth.

Elizabeth yakin, membatasi dominasi sebuah perusahaan digital akan berefek positif terhadap kompetisi. Elizabeth mencontohkan kasus Microsoft di era 90-an. Kala itu, pemerintah AS mengajukan tuntutan anti-monopoli karena menganggap Microsoft memanfaatkan dominasi Windows untuk memaksa pengguna menggunakan browser Internet Explorer. Tuntutan itu akhirnya berhasil, dan Microsoft pun dilarang membundel Internet Explorer bersamaan dengan Windows.

Mengajukan tuntutan ke Microsoft kala itu sebenarnya tidak populer. Microsoft saat itu dipandang sebagai perusahaan revolusioner dan disukai banyak orang; mirip seperti Google saat ini. Banyak orang khawatir, aturan anti-monopoli itu akan akan memperlambat inovasi. Namun sejarah membuktikan, aturan anti-monopoli justru membuka persaingan sehat dan melahirkan inovasi.

“Bukankah kini kita lebih bebas karena memiliki pilihan menggunakan Google Chrome dan tidak harus terpaku dengan Bing?” ungkap Elizabeth menyampaikan argumentasinya.

Akan tetapi, usulan ini memang masih harus menempuh jalan panjang. Elizabeth Warren bukanlah kandidat terkuat dari Partai Demokrat, apalagi jika diadu dengan wakil dari Partai Republik (yang kemungkinan besar akan memilih Donald Trump). Namun pandangan Elizabeth Warren ini bisa menjadi indikasi semakin besarnya kegelisahan pengambil kebijakan atas dominasi perusahaan digital yang kian menggurita.