Find Us On Social Media :

Lebih Makmur, Orang Indonesia Memilih Belanja Gadget dibanding Makanan

By Wisnu Nugroho, Selasa, 12 Maret 2019 | 12:00 WIB

Ketika kondisi finansial membaik, orang Indonesia lebih memilih membelanjakan uangnya ke perangkat teknologi

Perusahaan riset Nielsen baru saja merilis studi yang menggambarkan persepsi finansial dari masyarakat dari berbagai belahan dunia. Dalam studi yang disebut Changing Customer Prosperity, Nielsen menanyakan persepsi finansial responden jika dibandingkan lima tahun lalu.

Dari 64 negara yang disurvei, Indonesia menduduki posisi ketiga paling optimis setelah Vietnam dan China. Menurut studi ini, 75% responden Indonesia mengaku kondisi finansialnya lebih baik dibandingkan lima tahun lalu. Angka ini lebih baik dibanding beberapa negara tetangga, seperti Filipina (71%), Malaysia (59%), atau Thailand (57%).

Optimisme responden Indonesia ini sebenarnya sejalan dengan pendapatan orang Indonesia dalam lima tahun terakhir. Menurut data Economist Intelligence Unit, average disposable income masyarakat Indonesia mengalami kenaikan pendapatan 51% jika dibandingkan lima tahun lalu.

Indonesia adalah negara ketiga paling optimis secara finansial, hanya kalah dari Vietnam dan China

Namun yang menarik dari studi ini adalah apa yang dikonsumsi masyarakat Indonesia ketika keuangannya membaik. Menurut studi Nielsen ini, dalam lima tahun terakhir, orang Indonesia paling banyak membelanjakan uangnya untuk belanja teknologi dan komunikasi. Baru setelah itu pendidikan, makanan, layanan musik/internet, dan travel.

Fenomena ini berlawanan dengan fenomena regional maupun global. Responden Asia Pasifik, Afrika, Eropa, Amerika Latin, sampai Amerika Utara lebih memprioritaskan membelanjakan uangnya di bidang makanan.

Responden Indonesia lebih banyak membelanjakan uangnya ke perangkat teknologi dibanding pendidikan atau makanan

“Lanskap ritel memang sedang mengalami perubahan di banyak negara karena konsumen menyesuaikan pengeluaran mereka berdasarkan prioritas pribadi dan harga. Para pemilik merek juga perlu menyesuaikan bisnis mereka agar tetap bisa meraih peluang untuk bertumbuh,” ungkap Agus Nurudin, Managing Director Nielsen Indonesia.

Riset Nielsen ini sendiri dilakukan secara global dengan menggunakan metode daring atau online. Survei dengan durasi 30 menit ini melibatkan negara dengan penetrasi internet 60% atau 10 juta populasi.