Jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines beberapa hari lalu menimbulkan gelombang kekhawatiran tersendiri. Pasalnya pesawat rute Addis Ababa-Nairobi ini berjenis Boeing 737 Max-8, atau sama seperti Lion Air 610 yang jatuh pada Oktober 2018 lalu. Bukan cuma pesawatnya yang sama, namun juga rentetan kejadiannya. Kedua pesawat tersebut jatuh kurang dari 15 menit setelah tinggal landas dan terdeteksi naik-turun secara mendadak sebelum jatuh.
Pada kecelakaan Lion Air 610, penyelidikan awal menunjukkan sumber masalah ada pada fitur Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). FItur ini bertujuan “menurunkan” hidung pesawat secara otomatis jika sistem mendeteksi pesawat mendongak terlalu tinggi saat naik ke ketinggian. Sistem MCAS ini baru diimplementasikan di Boeing 737 Max-8 untuk mengkompensasi perubahan posisi mesin jet yang cenderung mendorong ke atas.
Namun fitur baru ini disinyalir membuat pesawat menjadi sulit dikendalikan. Pada kasus Lion Air 610, sang pilot dikabarkan kesulitan menstabilkan pesawat akibat MCAS ini. Melihat kesamaan rentetan kejadian, ada dugaan Ethiopian Airlines juga mengalami hal yang sama.
Pada 11 Maret 2019, Boeing pun mengumumkan akan segera merilis pembaruan software untuk seluruh Boeing 737 Max (bukan cuma Boeing 737 Max-8). Boeing menyebut pembaruan software ini akan selesai sebelum bulan April.
Pada pernyataan resminya, Boeing menyebut pembaruan ini dilakukan setelah mempelajari kejadian Lion Air 610, tanpa menyebut kejadian Ethiopian Airlines. Pembaruan software ini akan memperbaiki sistem MCAS, utamanya kemudahan bagi pilot untuk mengendalikan ketinggian secara manual. Boeing juga menjanjikan pelatihan khusus bagi pilot dan tim teknis.
Keputusan Boeing pun mengeluarkan pembaruan software ini terbilang sangat jarang dilakukan di masa lalu. Apalagi dalam berbagai kesempatan, Boeing sering mengatakan pilot sebenarnya bisa mengambil alih (override) sistem MCAS jika diperlukan. Dengan merilis pembaruan software ini, Boeing secara tidak langsung mengakui sistem MCAS memiliki lubang kelemahan yang berakibat fatal.
Langkah Boeing ini sendiri dilakukan di tengah semakin banyaknya negara yang melarang operasional Boeing 737 Max-8. Setidaknya ada 27 negara yang sampai saat ini menjatuhkan larangan terbang bagi Boeing 737 Max-8, seperti Argentina, India, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Lion Air memiliki 10 pesawat berjenis Boeing 737 Max-8, sementara Garuda Indonesia memiliki 1 pesawat. Namun larangan di Indonesia hanya berlangsung sepekan untuk memastikan seluruh aspek keamanan di pesawat telah melewati inspeksi yang menyeluruh.