Find Us On Social Media :

Waspada! Hacker Incar Pengguna Pembayaran Digital di Indonesia

By Adam Rizal, Kamis, 21 Maret 2019 | 15:00 WIB

Ethical hacker Santiago Lopez meraih satu juta dolar dari berburu software bug. Ilustrasi

Kaspersky Lab mengungkapkan sebanyak 30 persen pengguna seluler di Indonesia menjadi korban serangan siber dan menjadikan Indonesia sebagai negara keenam dengan jumlah korban malware mobile terbanyak. Ada beberapa faktor yang membuat Indonesia menjadi incaran para hacker yaitu banyaknya pengguna smartphone di Indonesia dan akan itu kan terus tumbuh.

"Saat ini, ponsel pintar berisiko untuk terkena ancaman seiring hadirnya inovasi dalam teknologi seperti pembayaran digital," kata Yeo Siang Tiong, General Manager di Kaspersky Lab, Asia Tenggara dalam siaran persnya.

Di dunia, jumlah ancaman pada perangkat mobile memang tengah naik. Jumlah serangan pada perangkat mobile naik hingga hampir dua kali lipat dalam satu tahun.

Pada tahun lalu, ada 116,5 juta serangan. Sebagai perbandingan, pada 2017, hanya terdapat 66,4 juta serangan.

Meskipun jumlah perangkat yang menjadi korban menjadi semakin banyak, jumlah ancaman yang muncul justru semakin sedikit. Menurut Kaspersky, ini menunjukkan bahwa malware kini dapat memengaruhi lebih banyak orang. Salah satu kunci keberhasilan serangan siber adalah menyasar perangkat yang tepat. Mengingat kini semakin banyak orang yang menggantungkan diri pada smartphone, tidak heran jika para kriminal siber menargetkan perangkat itu. Pada 2018, jumlah korban serangan malware mobile mencapai lebih dari 9,8 juta orang, naik 774 ribu dari tahun sebelumnya.

Salah satu serangan yang jumlah korbannya bertambah secara signifikan adalah Trojan-Droppers, yang persentase korbannya naik dari 8,63 persen menjadi 17,21 persen. Trojan-Droppers adalah jenis malware yang berfungsi untuk menembus perlindungan pada sistem dan menyalurkan malware lainnya, mulai dari Trojan perbankan sampai ransomware. "Sepanjang tahun 2018, kami mengamati teknik baru tentang cara menginfeksi perangkat seluler seperti pembajakan DNS, dan juga peningkatan fokus pada skema distribusi yang semakin canggih, seperti spam SMS," kata Victor Chebyshev, pakar keamanan di Kaspersky Lab. Pada saat yang sama, Anda harus memilih aplikasi antivirus dengan sangat hati-hati. Menurut studi terbaru, kebanyakan aplikasi antivirus untuk Android tidak berguna.

BACA JUGA: Dua dari tiga antivirus di Android ternyata palsu