Pada 13 Maret 2019 lalu, layanan Gmail dan Google Drive sempat mengalami insiden pemadaman global selama 4 jam. Kondisi ini otomatis menyulitkan bagi pengguna, terutama yang ingin meletakkan data-data penting mereka dalam layanan cloud publik.
Pengguna Gmail pun mengeluhkan kesulitan dalam menyimpan draf dan mengirim e-mail, serta melampirkan dan membuka lampiran. Sementara itu, pengguna Google Drive mengalami masalah dalam mengunggah dan mengunduh file.
Tak terkecuali para pengguna di Indonesia, yang juga terdampak oleh gangguan tersebut. Banyak pengguna yang tidak dapat mengirim e-mail, mengunduh foto atau video. Berkali-kali terdapat pesan peringatan bahwa e-mail tidak dapat dikirim.
Mereka berpikir bahwa komputer atau jaringan internet mereka bermasalah, karena pemberitahuan di layar meminta pengguna untuk mengecek kembali soal jaringan internet.
Dalam lingkungan bisnis yang menggunakan cloud publik, divisi TI juga banyak mendapatkan keluhan tentang Gmail yang bermasalah, padahal hal tersebut disebabkan oleh Google yang sedang down.
Ketika bisnis hanya bergantung pada penyimpanan dan layanan cloud, ada beberapa konsekuensi yang harus mereka hadapi. Sebuah laporan yang diterbitkan ARN pada awal tahun ini memperingatkan bahwa downtime yang tidak terduga, baik dari Microsoft, Google, atau AWS, dapat mengakibatkan kerugian sampai 19 miliar dolar AS.
Bahkan, downtime selama beberapa menit saja bisa mengakibatkan gangguan yang signifikan. Lebih dari 98% perusahaan besar yang memiliki lebih dari 1.000 karyawan mengatakan bahwa rata-rata, satu jam downtime per tahun merugikan perusahaan sebesar 100.000 dolar, sedangkan 81% perusahaan melaporkan bahwa kerugiannya mencapai 300.000 dolar.
Dampak negatif downtime juga dirasakan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memiliki kurang dari 150 karyawan. Sekitar 47% responden survei memperkirakan bahwa satu jam downtime dapat merugikan perusahaan sebanyak 100.000 dolar, dalam bentuk pendapatan dan produktivitas yang berkurang.
Untuk menghadapi permasalahan ini, solusi NAS bisa menjadi pilihan bagi para pelaku bisnis.
Berbeda dari layanan cloud publik, NAS merupakan arsitektur cloud privat yang menyediakan layanan sinkronisasi file, ruang kolaborasi, aplikasi komunikasi perusahaan, layanan pesan, dan layananan lainya sekaligus, sehingga membantu bisnis untuk meminimalkan risiko dan kerugian yang disebabkan oleh gangguan pada layanan cloud publik seperti Google Drive.
Chad Chiang (Synology Product Manager), mengungkapkan bahwa layanan cloud publik memang berbiaya rendah. Namun, begitu terjadi gangguan, maka kerugiannya pun akan sangat besar.
Oleh karena itu, sangat disarankan bagi para pelaku bisnis untuk memiliki dan membangun sistem cloud privat mereka sendiri, untuk memastikan layanan yang selalu maksimal dan otonomi dalam mengelola data.
Oleh karena itu, untuk menjaga dokumen-dokumen penting selama bertahun-tahun, pengguna perlu menyimpan data mereka dari cloud publik ke NAS.
Salah satu solusi NAS yang bisa menjadi pilihan antara lain Synology yang menawarkan Active Backup for Office 365 dan Active Backup for G Suite untuk melindungi data di Office 365 dan G Suite, serta meminimalkan risiko dan kerugian perusahaan yang disebabkan oleh gangguan pada cloud publik.