Find Us On Social Media :

Membangun Modal Aplikasi dan Ancaman Keamanan di Era Ekonomi Digital

By Liana Threestayanti, Kamis, 28 Maret 2019 | 20:10 WIB

Application services atau layanan aplikasi akan menjadi fondasi bagi ekonomi digital sekaligus target empuk serangan siber.

Penulis: Fetra Syahbana, Country Manager, F5 Indonesia

Di era perekonomian digital, data bisa diibaratkan seperti bahan bakar untuk mesin. Meskipun sumber daya yang berharga, bahan bakar tak ada gunanya jika tidak dapat dimanfaatkan secara efisien. Begitu pula data, sebuah sumber daya yang menanti untuk dimanfaatkan. Aplikasi, sebagai “tubuh” bagi data, bertugas menerjemahkan, menganalisis, dan menayangkan data yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan manusia.

Cloud, keamanan, dan bahkan automasi kini dikendalikan dari aplikasi. Tak heran, sebab bisnis sendiri sudah melekat pada aplikasi-aplikasi tersebut. Selama lima tahun terakhir, kami mempelajari gelombang perubahan yang dibawa oleh perekonomian berbasis aplikasi, bangkitnya arsitektur multi-cloud, dan transformasi digital. Riset tersebut dirangkum dalam laporan tahunan F5, State of Application Services, yang memberi gambaran seperti apa Teknologi Informasi (TI) dan bisnis  di tahun mendatang.

Kami mempelajari bagaimana perekonomian digital mengubah segalanya – proses dan sistem untuk pelanggan; dan pada level yang lebih personal – tim yang mengoperasikannya dan keahlian yang dibutuhkan agar bisa berjaya pada dekade berikutnya.

Cloud Menepi, Beri Ruang untuk Data

Ini bukan berarti cloud tak penting lagi. Apa yang kami saksikan adalah bangkitnya data dan kegunaannya dalam membuat keputusan yang memicu produktivitas dan keuntungan, menjadi tren paling strategis untuk 2019. Analitik big data sudah melebihi cloud – dalam segala bentuk – untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, serta mengambil posisi sebagai pemegang mahkota tren strategis.

Menariknya, pengaruh aplikasi dan data dalam sebuah organisasi bukan hanya sekadar strategi. Sebuah perusahaan rata-rata sudah memiliki dua hingga enam penyedia cloud yang berbeda. Tiga kriteria utama dalam memilih penyedia cloud untuk penempatan aplikasi pun difokuskan pada kebutuhan aplikasi itu sendiri, tak lagi semata-mata ditentukan IT atau unit bisnisnya.

Ini artinya, baik aplikasi maupun data sama-sama berharga. Sejatinya dalam perekonomian digital, data menuntut agar aplikasi juga dipandang sama pentingnya. Ini terlihat dalam fokus strategi, seiring berjalannya perusahaan ke aplikasi dan data yang dihasilkan. Dalam berbisnis, memang selalu ada perhatian khusus terkait tren konsumen dan pola membeli. Namun, sebelumnya belum pernah memiliki akses instan ke data yang menjelaskannya. Perkembangan dalam kecepatan komputasi dan penyimpanan memungkinkan machine learning dan ilmu data yang kian canggih, sesuatu yang beberapa tahun lalu hanyalah bayangan para ilmuwan. Tren untuk membuat data menjadi penting secara strategis ini tampaknya akan terus berlanjut karena pusat perhatian bergeser dari penempatan aplikasi ke cara untuk mengambil untung dari data.

Tak Aman, Tak Nyaman

Selain memperkenalkan layanan aplikasi baru, industri ini sedang berada di titik awal gelombang baru penempatan layanan aplikasi. Rata-rata, pelanggan hanya menempatkan layanan cloud aplikasi native dibandingkan 14 untuk on-premises – yang artinya, kita berada di ujung ledakan penempatan aplikasi ke seluruh arsitektur multi-cloud.

Pada saat bersamaan, kita melihat perusahaan menyadari kombinasi layanan keamanan dibutuhkan untuk melindungi aplikasi dan data. Jumlah serangan DDoS juga meningkat, baik dalam hal jumlah serangan, skala, dan durasi, khususnya di Asia Pasifik – di mana jumlah serangan meningkat lebih cepat ketimbang kawasan lainnya di seluruh dunia. Selain itu, penjahat siber juga mengincar lapisan aplikasi. Aplikasi dan identitas merupakan target awal dari 86% upaya pembobolan.

Seiring peningkatan vektor ancaman bagi perusahaan, mereka juga menyadari firewall jaringan saja tak cukup untuk melindungi diri dari ancaman dalam jumlah besar. Dalam laporan State of Application Delivery (SOAS) 2019 disebutkan, perusahaan di Asia Pasifik terus berusaha memperluas layanan keamanan mereka. Termasuk di antaranya menempatkan DDoS Protection (67%, naik dari 53% pada 2015), WAF Protection (66%, 56% pada 2015), dan Anti-Fraud (69%, 41% pada 2015).

Sudah jelas bahwa ada pengaruh keamanan yang meningkat dalam inisiatif transformasi digital. Meskipun kurangnya ketersediaan dan pemadaman bisa menyebabkan kekhawatiran pelanggan, tak ada yang sebanding dengan amukan massal setelah pembobolan terhadap keamanan terungkap.

Sementara ketersediaan, keamanan dan kecepatan aplikasi menjadi hal yang semakin penting di kawasan Asia Pasifik, pengguna aplikasi akan mencari pengalaman yang lebih cepat, aman dan cerdas. Agar bisa mengambil keuntungan dari kesempatan-kesempatan ini, perusahaan harus bisa mengikuti kecepatan perubahan yang dibutuhkan dari aplikasi yang berpusat pada konsumen (consumer-centric) dan meningkatkan pendapatan dengan memanfaatkan teknologi yang menyediakan pandangan lebih dalam, siklus release yang lebih cepat, serta meningkatkan keamanan aplikasi.