Saat ini baru ada dua operator telekomunikasi yaitu Telkomsel dan Smartfren yang memasang jaringan telekomunikasi di rute Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta dari Bundaran HI-Lebak Bulus.
Lantas, bagaimana operator telekomunikasi lainnya?. Apakah XL Axiata, Indosat Ooredoo, dan Hutchison Tri Indonesia (Tri) tertarik bangun jaringan telekomunikasi di MRT Jakarta.
Direktur Teknologi XL Axiata Yessie D. Yosetya mengatakan persoalan harga pasang jaringan di rute MRT Jakarta yang dipatok oleh pihak MRT sangat mahal bagi operator seluler.
"XL terus melakukan negosiasi agar layanannya bisa dinikmati oleh pelanggan selama menggunakan MRT Jakarta. Kami juga ingin menyediakan layanan (di rute MRT), makanya perlu disepakati dengan pihak MRT," kata Yessie di Jakarta.
Wakil Presiden Tri M. Danny Buldansyah mengatakan Tri akan menggelar jaringan di rute MRT Jakarta. "Segera setelah commercial deal-nya rampung dengan provider. Harga belum cocok. Mudah-mudahan segera mencapai kesepakatan yang win-win," ungkapnya.
Baik Yessie maupun Danny enggan untuk menyebutkan harga pasang jaringan yang dipatok oleh MRT Jakarta ini.
Bila merujuk pada pernyataan President Director & CEO Indosat Ooredoo Chris Kanter beberapa waktu lalu, operator harus menggelontorkan Rp 600 juta per bulannya.
"Bukan kemahalan, tapi sangat mahal. Jelas tidak bisa lah, ini kan pelayanan publik. Bahwa ada investasi, masa dirugikan mesti sama-sama untung," kata Chris.
"Kita ditawarkan Rp600 juta sebulan, sedangkan itu mestinya setahun tidak sampai Rp600 juta," sambungnya.
Sementara itu, konstruksi bawah tanah (underground) MRT Jakarta membentang lebih dari 6 km, yang terdiri dari enam stasiun MRT bawah tanah, yakni Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran Hotel Indonesia.
Stasiun di bawah tanah ini yang jadi persoalan bagi pelanggan telekomunikasi, karena ini adalah area blankspot sehingga pemasangan jaringan telekomunikasi dari operator seluler jadi solusinya.