Organisasi bisnis di Asia Pasifik dipastikan akan melipatgandakan upaya-upaya transformasi digitalnya tahun ini, terutama demi produktivitas karyawan, operasional yang ringkas, dan pengalaman pelanggan yang lebih baik.
Hal tersebut terungkap dalam survei 2019 IT Priorities yang diselenggarakan oleh Computer Weekly/Tech Target. Menurut survei tersebut, 42% dari hampir 1.000 pembuat keputusan TI di Asia Pasifik akan memperbarui infrastruktur TI-nya untuk mendukung inisiatif transformasi digital. Sedangkan 35% responden akan mengaplikasikan teknologi yang dapat meningkatkan pengalaman dan produktivitas karyawan.
Yang menarik, organisasi bisnis di Asia Pasifik optimis tidak ada pengurangan anggaran TI. Sekitar delapan dari 10 responden malah berharap anggaran TI meningkat dan 44% di antara mereka akan memanfaatkan anggaran tersebut untuk kebutuhan layanan cloud dan pengelolaan keamanan/risiko.
Selain itu, organisasi bisnis di Asia Pasifik akan memfokuskan pada inovasi berbasis software. Hal itu tercermin dari jawaban 38% responden yang mengatakan pengeluaran untuk software akan meningkat. Dan 29% lainnya melihat akan ada peningkatan dalam pengeluaran untuk kebutuhan backup dan disaster recovery, karena mereka ingin memastikan aplikasi dan layanan tersedia setiap saat.
Di sisi lain, responden mengharapkan dapat menekan pengeluaran di sisi tenaga kerja sehingga kemungkinan perusahaan akan melakukan penyederhanaan organisasi TI. Tiga puluh persen responden memperkirakan anggaran server on premises dan pemeliharaan akan lebih kecil. Bisa ditebak, anggaran tersebut diperkirakan akan dialihkan untuk otomasi TI (39%) dan layanan cloud (29%).
Apakah itu artinya infrastruktur on premises sama sekali sudah tidak dilirik para pemimpin TI di Asia Pasifik? Tidak juga, karena agaknya hybrid IT lah yang akan mereka terapkan, seperti diungkapkan oleh 39% responden yang mengatakan bahwa mereka masih akan menggunakan server x86 untuk mendampingi layanan IaaS.
Server x86 yang akan digunakan organisasi bisnis akan lebih banyak datang dalam bentuk appliance hyper-converged infrastructure (HCI) karena 78% responden berniat akan menambah investasinya untuk HCI.
Dengan lebih banyak menggunakan infrastruktur public cloud dan layanan aplikasi, organisasi bisnis akan menambah pengeluarannya untuk Software-Defined Wide Area Networks(SD-WAN) dan akselerasi WAN. Menurut 34% responden, peningkatan penggunaan sumber daya jaringan juga akan mendorong lebih banyak pengeluaran untuk solusi network monitoring dan management.
Di area data, ada dua hal yang menjadi perhatian para pemimpin TI di Asia Pasifik: kemampuan scaling infrastruktur storage dan perlindungan (proteksi ) terhadap data. Untuk memastikan pertumbuhan bisnis dapat diantisipasi dengan baik, 22% responden akan lebih memfokuskan pada virtualisasi storage dan 24% responden memberi prioritas pada solusi Storage Area Networks (SAN). Untuk meningkatkan perlindungan terhadap data, makin banyak perusahaan yang meletakkan cloud backup-as-a-service di urutan pertama dari daftar inisiatif secondary storage.
Dalam melakukan transformasi digital, tak jarang perusahaan harus mengubah proses operasionalnya. Salah satunya adalah memperbarui aplikasi Enterprise Resource Planning(ERP) untuk memperoleh kemampuan-kemampuan baru yang lebih mumpuni.
Menurut hasil survei TechTarget, responden merencanakan untuk mengimplementasikan atau memperbarui sistem ERP (49%) dan keuangan/akunting serta Customer Relationship Management(36%). Ketersediaan data dari aplikasi-aplikasi bisnis itu mendorong responden untuk juga berinvestasi pada platform big data (38%), kemampuan integrasi data (36%), dan visualisasi data (33%) agar dapat menganalisis data-data tersebut.