Find Us On Social Media :

Pemerintah: Industri Operator Telko di Indonesia Sudah Tidak Sehat

By Adam Rizal, Selasa, 7 Mei 2019 | 15:00 WIB

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara

Banyaknya jumlah operator telekomunikasi di Indonesia membuatnya industri tidak sehat, terlihat dari kinerja keuangan dan kontribusi sektor telekomunikasi pada perekonomian Indonesia yang terus menurun.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menginginkan para operator telekomunikasi sudah melakukan konsolidasi pada 2016 lalu untuk menyehatkan industri.

"Saat ini angka-angka sektor telko sudah tidak sehat. Pada 2015-2016 kontribusi sektor media dan telekomunikasi capai 2 digit dari PDB. Sekarang kontribusi sudah sentuh angka 7 persen," kata Rudiantara di Jakarta.

Rudiantara mengatakan para operator telko harus melakukan dua tugas ini untuk mendongkrak performa industri telekomunikasi. Pertama, perbaikan pendapatan (top line) untuk mendorong berkaitan dengan harga (price) dan volume.

"Sekarang masyarakat digiring operator untuk layanan tak bayar terus yang buat price kita terendah kedua di ASEAN. Kalau menuju ke harga murah-murah terus ya repot. Operator harus siap dari mana pelihara jaringannya," ujar Rudiantara.

Kedua, biaya. Pengendalian biaya harus dilakukan karena biaya perusahaan telko di Indonesia jauh lebih mahal dari negara-negara di Asia sementara infrastruktur kalah dari Singapura, Malaysia bahkan Vietnam.

"Dari segi cost kita bisa atur sama-sama dengan dana USO (universal service obligation) itu sekitar Rp 3 triliun dan dana bakti Rp 6 triliun," katanya.

Rudiantara mengatakan Ebitda pelaku industri sekarang ini rata-rata besar 40 persen padahal dulu 45 persen dan hanya Telkomsel yang memiliki Ebitda 50 persen.

"5 persen Ebitda kalau dikonversi ke revenue (margin absolut) sekitar Rp 8 triliun. Artinya kita kehilangan segitu untuk meningkatkan daya bangun industri," pungkas Rudiantara.