Satu dari dua konsumen memilih menyembunyikan aktivitas media sosial dari atasannya. Dan 52% orang memilih untuk tidak mengungkap aktivitas daring kepada rekan kerjanya.
Sekitar 90% orang yang bekerja mengaku melakukan aktivitas online beberapa kali setiap hari sehingga  mungkin sulit bagi sebagian besar dari mereka untuk memisahkan antara urusan pribadi dan pekerjaan.
Karyawan rata-rata menghabiskan waktu 13 tahun dan dua bulan untuk bekerja selama hidupnya. Menariknya, tidak semua waktu ini berkaitan langsung dengan penyelesaian tugas pekerjaan atau kegiatan untuk mendapatkan promosi. Hampir dua pertiga (64%) konsumen mengaku mengunjungi situs web yang tidak terkait pekerjaan setiap harinya, di meja kerja mereka.
Tidak mengherankan jika hampir sepertiga (29%) karyawan menghindari atasannya mengetahui situs web apa saja yang mereka kunjungi. Lebih menariknya lagi, satu dari dua (52%) bahkan juga menghindari koleganya untuk mengetahui aktivitas online mereka. Mengapa? Kaspersky menduga kolega bisa menjadi ancaman yang mungkin lebih besar terhadap perspektif masa depan perusahaan atau mungkin hubungan dengan mereka bersifat lebih informal dan karenanya, menjadi jauh lebih berharga.
Sebaliknya, aktivitas media sosial tampaknya menjadi domain yang tidak begitu pribadi bagi banyak orang dan karenanya, lebih cocok untuk berbagi dengan rekan kerja tetapi tidak untuk atasan. Mungkin karyawan khawatir dapat merusak citra publik perusahaan atau penurunan minat atas produktivitas staf yang memotivasi perusahaan untuk memantau jejaring sosial karyawan dan nanti akhirnya berpengaruh pada pembuatan keputusan berdasarkan penilaian dari media sosialnya. Kebijakan tersebut telah menyebabkan satu dari dua (59%) orang mengatakan bahwa tidak ingin mengungkap aktivitas media sosialnya pada atasan dan 54% bahkan enggan untuk mengungkap informasi ini kepada kolega mereka.
Lebih lanjut 34% menghindari menunjukkan content pesan dan surel mereka kepada atasannya. Selain itu, 5% bahkan mengatakan bahwa karier mereka rusak permanen karena bocornya informasi pribadi mereka. Dengan demikian, orang-orang khawatir tentang bagaimana membangun reputasi internal yang baik dan cara untuk tidak menghancurkan relasi dalam tempat kerja.
"Karena beraktivitas online menjadi bagian integral dari kehidupan kita saat ini, akan selalu ada garis kabur antara keberadaan digital di tempat kerja dan di kehidupan sehari-hari, dan itu bukan suatu hal yang buruk atau baik. Begitulah cara kita hidup di era digital. Namun harus selalu diingat bahwa sebagai karyawan Anda harus semakin berhati-hati dengan apa yang Anda bagikan di media sosial atau situs web yang kerap Anda gunakan saat bekerja. Satu tindakan yang salah paham di internet akan berdampak jangka panjang yang tidak dapat ditarik kembali, sekalipun oleh pekerja yang paling ambisius dalam menaiki puncak karir pilihan mereka di masa depan," komentar Marina Titova, Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky Lab.
Untuk memastikan para karyawan tidak jatuh dalam ancaman internet di tempat kerja, berikut terdapat beberapa pedoman inti yang wajib diikuti di era digital:
- Jangan mem-posting apa pun yang dianggap memfitnah, tidak sopan, memiliki hak paten, atau mencemarkan. Jika ragu, jangan pernah mengirimnya.
- Ketahuilah bahwa sistem administrator setidaknya secara teoritis mengetahui tentang pola penelusuran web Anda.
- Jangan melecehkan, mengancam, mendiskriminasi, atau meremehkan kolega, mitra, pesaing, pelanggan atau siapa pun. Baik di jejaring sosial atau dalam pesan, email, atau dengan cara lainnya.
- Jangan memposting foto karyawan, pelanggan, vendor, pemasok atau produk perusahaan lain tanpa izin tertulis sebelumnya.
- Menggunakan solusi keamanan, misalnya Kaspersky Password Manager, untuk memastikan media sosial dan akun pribadi lain Anda tidak berisiko mendapat akses tidak sah oleh orang lain di tempat kerja.
- Pasang solusi keamanan, seperti Kaspersky Security Cloud, untuk melindungi perangkat pribadi Anda.