"Merapatnya" eksekutif dari dua perusahaan yang dulu pernah menjadi garda terdepan teknologi proprietary, Microsoft dan IBM, di acara tahunan Red Hat, memberi angin segar bagi dunia open source.
"Masa depan akan dibangun di atas open source," CEO IBM Ginni Rometty menegaskan saat berbagi panggung dengan CEO Red Hat Jim Whitehurst di ajang Red Hat Summit 2019, di Boston, AS. Bahkan Ginni menyebut Red Hat Enterprise Linux (RHEL) sebagai standar berkelas dunia untuk open stack yang aman.
Seperti kita ketahui, IBM tak segan mengeluarkan hingga US$ 34 miliar untuk mengakuisisi Red Hat. Dan setelah proses akuisisi selesai di paruh kedua tahun ini, Ginni berkomitmen membiarkan Red Hat beroperasi secara independen sebagai unit bisnis tersendiri.
"Saya membeli bukan untuk menghancurkan mereka. Saya ingin mereka sukses," ucap Gini yang serta merta mendapat tepuk tangan eriah peserta Red Hat Summit yang memadati Hall C, Boston Convention & Exhibition Center.
Dan sambutan yang lebih meriah diberikan peserta kepada CEO Microsoft, Satya Nadella, yang juga hadir di panggung utama Red Hat Summit 2019.
Seperti kita ketahui, pada tahun 2016, Satya mengejutkan dunia teknologi dengan mengumumkan bahwa Microsoft akan mengintegrasikan bash Linux dan menjadikan PowerShell sebagai open source untuk Linux. Padahal kalau merunut sejarahnya, Linux dikembangkan untuk membendung dominasi Microsoft di bidang sistem operasi.
Kehadiran Satya Nadella di acara terbesar perusahaan teknologi yang terkenal dengan komitmennya terhadap open source seakan menandai niat besar Microsoft untuk menyudahi "permusuhannya" dengan dunia open source. Red Hat pun sepertinya sudah melupakan ucapan mantan CEO Microsoft, Steve Ballmer yang menganalogikan Linux seperti kanker 18 tahun lalu.
Kehadiran Satya Nadella di event bergengsi Red Hat juga memperlihatkan keseriusan Microsoft untuk menggalang kolaborasi erat dengan komunitas open source. Tidak ada pernyataan Satya tentang rencana Microsoft terkait produk open source. Namun ia menegaskan Microsoft sangat berkomitmen terhadap kemitraannya dengan Red Hat.
"Karena kemitraan ini didorong oleh apa yang saya yakini sebagai harapan pelanggan kami. Pelanggan berharap Microsoft memiliki interoperabilitas, berkomitmen terhadap open source," imbuhnya. Menurutnya, interoperabilitas, dukungan untuk open source, dan dukungan untuk standar akan mengurangi friksi bagi siapa saja yang ingin berinovasi.
Microsoft juga mengungkap rencananya untuk berkolaborasi bukan hanya dengan Red Hat. "Yang lebih fundamental adalah apa yang kami lakukan untuk berkontribusi pada Linux, Hadoop, Kubernetes, bahkan bagaimana kami dapat membawa .NET ke open source," ujar Satya Nadella.