Indonesia, Malaysia, dan Thailand berpeluang melakukan lompatan besar dalam modernisasi infrastruktur teknologi.
Hal itu diungkapkan oleh Damien Wong, VP & GM Asian Growth & Emerging Markets, Red Hat, dalam sesi media roundtable di sela-sela acara Red Hat Summit 2019. Menurut Damien, di negara-negara yang sudah maju, organisasi kerap terbelenggu oleh technical debt, atau memiliki banyak sistem legacy.
Alhasil, mereka harus mengeluarkan banyak uang dan sumber daya untuk memelihara sistem tersebut. “Dalam kondisi tersebut, akan sulit bagi mereka untuk 'to do more with less' dan 'to drive greater innovation'," ujar Damien.
Meskipun masih ada yang mengandalkan infrastruktur tradisional, Damien yakin perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat melakukan lompatan di bidang infrastruktur teknologi. Normalnya, organisasi akan beralih dari infrastruktur fisik ke virtual dan container. Perusahaan bisa bertransisi dari infrastruktur fisik langsung ke container dengan dukungan teknologi open source.
Dengan memanfaatkan containerization, perusahaan juga dapat membuat lompatan yang menguntungkan bisnis. Di ajang Red Hat Summit 2019, Red Hat menampilkan beberapa pelanggan dan mitranya yang memetik kesuksesan melalui penggunaan enteprise container platform OpenShift yang berbasis Kubernetes. Salah satunya adalah Optus yang menawarkan layanan tambahan berupa translasi real time ketika pelanggan sedang melakukan panggilan telpon.
Di Indonesia, teknologi containerization juga dapat membantu mewujudkan open banking berbasis open API yang sedang menjadi tren di sektor perbankan saat ini. Damien mengatakan ada bank besar di Indonesia yang udah menjalankan API management di OpenShift.
Komoditasi dan modernisasi infrastruktur ini juga akan menjadi pendorong adopsi sistem operasi Red Hat Enterprise Linux (RHEL) 8 yang diumumkan ketersediaanya di ajang Red Hat Summit 2019. "Karena di Indonesia masih banyak yang menggunakan infrastruktur tradisional, peralihan dari Unix ke Linux sangat jelas akan terjadi," ujar Damien.
Saat ini, menurut data sampai dengan Oktober 2018, sistem operasi RHEL memiliki pangsa pasar sebesar 32,7%, sementara Unix hanya menguasai 0,3% dari pasar.
Ketika perusahaan, apalagi dengan skala bisnis yang sudah besar, ingin beralih ke Linux, Damien Wong menyarankan beralih ke Linux versi enterprise, jangan ke community edition. "Community edition tidak sama dengan enterprise edition. Edisi enterprise memungkinkan pengguna memonitor dan mengelola risiko," pungkas Damien Wong.