Akhirnya, perusahaan transportasi online Uber baru saja melantai di bursa saham atau IPO di bursa saham New York. Saat ini Uber merupakan startup dengan valuasi terbesar di dunia mencapai USD 72 miliar atau sekitar Rp1.031 miliar.
CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan perjalan IPO Uber sama dengan e-commerce terbesar di dunia Amazon karena keduanya sama-sama belum dapat meraih keuntungan walaupun sudah memutuskan untuk IPO.
Tentunya, ada beberapa aspek yang membuat Uber dan Amazon berbeda. Uber sudah lebih besar ketimbang Amazon saat melantai di bursa tetapi pendapatan Uber menurun dan mengkhawatirkan para investor.
"Banyak perusahaan privat yang menahan cukup lama untuk bisa menjadi perusahaan publik. Kami lebih besar, lebih matang ketika menjadi perusahaan terbuka, dan jika kamu melihat tingkat pertumbuhan kami, pengguna kami tumbuh 33 persen dalam satu tahun terakhir," katanya seperti dikutip CNBC.
"Untuk bisa meningkatkan transaksi sebesar 36 persen menjadi USD 50 miliar. Kami berharap untuk terus melaju," katanya.
Apakah Uber akan sukses mengikuti jejak Amazon ?. Jika iya, Uber akan bersanding dengan nama-nama besar lain seperti Apple dan Microsoft, dan bukan tidak mungkin juga bakal menyentuh kapitalisasi pasar sebesar USD 1 triliun.
Melantai IPO
Debut Uber di bursa saham tidak sesuai perkiraan. Awalnya Uber menaruh harga USD 45 per lembar untuk target valuasi sebesar USD 82,4 miliar.
Tapi saat pasar dibuka, nilai saham Uber dibuka turun menjadi USD 42 per lembar. Saat pasar ditutup, nilainya makin turun menjadi USD 41,57 atau turun sekitar 7,6 persen dari harga IPO.
Professor University of Florida yang juga pengamat IPO Jay Ritter mengatakan investor yang membeli 180 juta lembar saham dengan harga USD 45 secara keseluruhan mengalami kerugian hingga USD618 juta.
"Ini merupakan kerugian terbesar yang pernah dialami perusahaan yang melakukan IPO sejak tahun 1975," ujarnya seperti dilansir Fortune.
Bahkan, dalam hal penurunan harga saham, IPO Uber menempati peringkat sembilan sebagai performa hari pertama terburuk yang pernah dialami perusahaan.
Tapi, Uber tetap berhasil mengumpulkan USD 8,1 miliar di neraca keuangan mereka yang bisa digunakan untuk mengembangkan perusahaannya dan menjadi bisnis yang menguntungkan.