Memperkenalkan versi terbaru software database GaussDB, Huawei siap bertarung di pasar enterprise dengan vendor-vendor, seperti IBM, Oracle, dan Microsoft.
GaussDB versi terbaru ini membekal kemampuan artificial intelligence (AI) untuk mengerjakan tugas-tugas pengelolaan database. Bahkan Huawei mengklaim bahwa algoritma di balik GaussDB merupakan algoritma pertama di industri yang memiliki kemampuan reinforcement learning self tuning. Kemampuan software yang merupakan bagian dari platform cloud FusionSphere OpenStack ini, antara lain, self-tuning, self-diagnosis, dan self-healing.
Perusahaan yang lebih dulu dikenal sebagai produsen smartphone dan peralatan telekomunikasi ini juga mengklaim bahwa kemampuan AI dapat meningkatkan tuning performance hingga lebih dari 60% dalam pemrosesan analitik daring, pemrosesan transaksi daring, dan transaksi hybrid/aplikasi pemrosesan analitik. Tugas tuning performance secara tradisional melibatkan para database administrator untuk melakukannya.
Tersedia untuk implementasi di lingkungan on-premises, private cloud, dan melalui layanan public cloud Huawei, GaussDB dapat berjalan pada beragam arsitektur prosesor, termasuk x86, ARM, GPU, dan Neural Processing Unit (NPU). Software database ini menyajikan layanan data warehousing berkinerja tinggi, khususnya untuk enterprise di sektor keuangan, internet, logistik, pendidikan, dan otomotif.
David Wang, Executive Director di jajaran BOD & President ICT Strategy and Marketing Huawei mengatakan bahwa data merupakan faktor baru dalam produksi dan kecerdasan merupakan faktor baru produktivitas. Database yang heterogen, cerdas, dan terkonvergensi akan menjadi infrastruktur data utama di industri keuangan, telekomunikasi, dan pemerintahan.
Selain Huawei, vendor lain yang menawarkan software database otonom (autonomous) adalah Oracle dengan software Autonomous Database.