Find Us On Social Media :

Bisakah Huawei Bertahan tanpa Dukungan Perusahaan Teknologi AS?

By Wisnu Nugroho, Senin, 20 Mei 2019 | 17:19 WIB

ilustrasi kantor Huawei

Pemerintah AS telah melarang perusahaan yang berbasis di AS untuk berhubungan bisnis dengan Huawei. Hal ini tentu saja memukul bisnis Huawei. Di era globalisasi seperti sekarang, Huawei mendapatkan komponen dari berbagai pemasok, termasuk perusahaan AS.

Bukan itu saja. Larangan ini juga berlaku bagi perusahaan di luar AS yang menggunakan produk yang berasal dari AS. Jadi Huawei tidak bisa membeli komponen dari perusahaan Taiwan (misalnya), jika perusahaan Taiwan tersebut membuat komponennya menggunakan suku cadang dari perusahaan AS.

Larangan seperti itu tentu saja menjadi pukulan telak bagi Huawei. Pertanyaan besar pun muncul: bagaimana nasib Huawei selanjutnya?

Andalkan Anak Perusahaan

Sebenarnya, Huawei sudah bersiap atas kemungkinan terburuk seiring meningkatnya perang dagang AS-China. Salah satunya adalah memperkuat HiSilicon, anak perusahaan yang khusus membuat prosesor untuk smartphone, server, dan modem.

HiSilicon adalah pembuat prosesor smartphone seri Kirin, yang digunakan smartphone Huawei dan Honor. HiSilicon juga membuat Kunpeng, prosesor server yang berbasis arsitektur ARM dan diposisikan sebagai pengolahan big data.

Ketika sanksi AS resmi diterapkan, petinggi HiSilicon He Tingbo langsung mengirim memo internal ke seluruh pegawai. Dalam memo tersebut, He Tingbo menjamin HiSilicon telah memiliki strategi untuk menjamin keberlangsungan suplai produk yang dibutuhkan. Memo tersebut juga mengungkap, HiSilicon dalam beberapa tahun terakhir secara diam-diam telah menyiapkan produk pengganti untuk mengantisipasi masalah seperti ini.

Butuh Banyak

Dengan kesiapan HiSilicon, Huawei sekilas telah siap menghadapi absennya dukungan perusahaan teknologi AS. Namun jika ditelusuri lebih jauh, ketergantungan Huawei akan perusahaan AS sebenarnya masih banyak.

Ambil contoh pentingnya peran Synopsys Inc, perusahaan yang berpusat di Mountain View, AS, bagi Huawei. Synopsys adalah perusahaan di area Design Compiler, semacam sistem untuk merancang prosesor. Tanpa produk Synopsys, Huawei menghadapi risiko chip yang mereka desain akan gagal di proses produksi, yang menimbulkan kerugian waktu dan finansial yang besar.

Di luar sana, memang ada perusahaan lain yang menawarkan produk dan solusi yang dibutuhkan Huawei. Masalahnya adalah banyak perusahaan AS yang menjadi terdepan di areanya, seperti Synopsys di atas. Tanpa kerjasama dengan perusahaan AS, Huawei praktis tidak dapat bersaing di tingkat tertinggi.

Namun turunnya kekuatan Huawei sebenarnya juga berakibat buruk bagi perusahaan teknologi AS. Laporan CNN menyebut, perusahaan teknologi AS berpotensi kehilangan pendapatan sampai US$11 miliar karena kehilangan Huawei sebagai salah satu konsumen terbesar. Perlu diingat, Huawei adalah nomor satu di pasar jaringan dan nomor dua di pasar smartphone.

Pendek kata, sanksi Pemerintah AS kepada Huawei sebenarnya tidak menguntungkan siapa-siapa, kecuali (mungkin) pamor Presiden Donald Trump.