2018 adalah tahun yang menantang bagi pelaku industri telekomunikasi Indonesia yang semuanya termasuk Telkomsel mengalami penurunan pendapatan hingga tujuh persen.
Memasuki 2019, Telkomsel berharap pendapatan industri akan berbalik positif hingga mencatat pertumbuhan rata-rata sekitar 4-5 persen.
Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah optimis pihakya akan membukukan angka lebih tinggi.
“Kami berharap bisa tumbuh di atas rata-rata industri,” ujar Ririek usai acara Buka Bersama Telkomsel di kantor operator seluler tersebut di Jakarta.
Optimisme Ririek dilandasi beberapa faktor, seperti registrasi kartu SIM prabayar yang mulai membuahkan hasil, misalnya pelanggan lebih loyal.
Persaingan antar operator juga disebutnya kini lebih rasional sehingga harga data internet relatif lebih stabil.
Bersama dengan layanan digital seperti game, video, dan IoT, data internet, menurut Ririek, adalah penyumbang terbesar pendapatan Telkomsel dengan kontribusi mencapai 61 persen di kuartal pertama 2019.
Sementara itu, kontribusi layanan legacy yakni panggilan suara (voice) dan pesan singkat (SMS) berangsur menurun hingga hanya tercatat sebesar 39 persen pada periode waktu yang sama.
“Untuk data dan digital kami sebut non-legacy. Sampai akhir tahun kami harap kontribusinya sudah mencapai sekitar 70 persen,” ucapnya.
Tren pertumbuhan Telkomsel, lanjut dia, sebenarnya sudah mulai mengemuka pada kuartal pertama 2019 saat operator seluler yang identik dengan warna merah itu membukukan pendapatan Rp 22,18 triliun atau naik 1,4 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Operator-operator seluler lain yang termasuk dalam tiga besar, yakni Indosat Ooredoo dan XL Axiata, turut menunjukan kecenderungan yang sama.
Indosat melaporkan pendapatan sebesar Rp 4,9 triliun pada kuartal pertama 2019 atau naik 6,9 pesen dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Sementara, XL Axiata turut mencatat pertumbuhan sebsar 9 persen.