Perang dagang antara pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang makin memanas menjadi mimpi buruk Huawei. Pemerintah AS memasukan Huawei dan mitra kerjanya ke dalam daftar hitam atau blacklist.
Hasilnya, Huawei harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemerintah AS sebelum melakukan kerjasama atau transaksi kepada perusahaan AS.
Google pun langsung menyambut seruan pemerintah AS dengan menghentikan dukungan sistem operasi Android ke perangkat-perangkat terbaru Huawei.
Karena itu, Huawei langsung mengembangkan sistem operasinya sendiri bernama "Hongmeng".
Menurut salah seorang sumber terdekat, Hongmeng sudah dikembangkan oleh Huawei sejak 2012 seperti dikutip Huawei Central. Sumber tersebut juga menduga bahwa Huawei telah menggunakan sistem operasi itu di dalam ponselnya secara diam-diam.
Kendati demikian sumber tersebut tidak mengonfirmasi apakah nama "Hongmeng" akan menjadi nama resmi OS buatannya atau hanya berupa nama kode.
Pada Maret lalu, CEO Huawei Consumer Business Group Richard Yu mengonfirmasi Huawei sedang mengembangkan sebuah sistem operasinya sendiri untuk mengantisipasi dampak buruk atas perang dagang antara AS dan China.
Prediksi Richard Yu itu kemudian terbukti ketika beberapa waktu lalu, pemerintah AS melarang Huawei membeli komponen dalam bentuk apapun dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah AS.
Alhasil, Huawei berpotensi kehilangan lisensi sistem operasi Android yang dibuat oleh Google. Kendati demikian, Huawei masih memiliki kesempatan untuk menggunakan sistem operasi Android meski telah kehilangan lisensi karena Android merupakan sistem operasi terbuka (open-source) yang berbasis komunitas.
Hanya, aplikasi buatan Google lain, seperti Gmail, Chrome, dan Play Store, tidak akan dapat digunakan di smartphone Android karena layanan tersebut memerlukan perjanjian komersial antara Huawei dan Google.