Inovasi teknologi kecerdasan buatan (AI) mengancam pekerjaan sarjana ilmu komputer atau sejenisnya di masa depan.
"Dua puluh tahun dari sekarang, jika kalian adalah seorang coder, kalian mungkin akan kehilangan pekerjaan," kata Pemilik Dallas Mavericks Mark Cuban seperti dikutip CNBC.
Tahun ini, perusahaan-perusahaan memang lebih banyak merekrut tenaga ahli teknologi informasi (IT) atau programmer dibanding mempekerjakan ahli Shakespeare. Di masa depan, ahli seni lebih diperlukan dibanding programmer.
"Ilmu komputer hanya matematika dan itu bisa dilakukan oleh AI. Jika AI ingin menyamai Shakespeare, seseorang harus tahu soal Shakespeare," ujarnya.
Situs Glasdoor melaporkan lulusan sarjana ilmu komputer dan sejenisnya mendapatkan gaji yang tinggi.
Bahkan, lulusan jurusan komputer di AS mendapatkan rata-rata bayaran tertinggi US$70 ribu pertahun.
Pada 2019, pekerjaan yang paling dibutuhkan adalah developer aplikasi software, dengan rata-rata gaji menembus US$101 ribu setiap tahun. Kecerdasan buatan (AI) sendiri mengalami perkembangan pesat.
"Saya telah terekspos kecerdasan buatan (AI) yang paling canggih dan kupikir orang-orang harus sangat khawatir. AI adalah kasus langka dan kita harus mempersiapkan regulasinya," ucap Elon Musk.
"Teknologi selalu bisa digunakan untuk kebaikan dan keburukan, dan Anda harus berhati-hati membangunnya. Tapi orang-orang malah berdebat untuk memperlambat proses pembangunan AI," demikian pendapat Mark Zuckerberg.