Find Us On Social Media :

Gara-gara Machine Learning, Gelombang Berita Hoax akan Sulit Dibendung

By Wisnu Nugroho, Senin, 3 Juni 2019 | 14:00 WIB

Ilustrasi Facebook Berantas Berita Hoax

Saat ini, kita berada di sebuah masa ketika produksi berita hoaks begitu mudah muncul dan menyebar. Namun kita harus bersiap menghadapi kenyataan lebih buruk. Dalam dua tahun ke depan, produksi berita hoaks kemungkinan besar akan sangat masif dan sangat sulit dibendung.

Hal ini tidak lepas dari perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan machine learning. Tim peneliti dari OpenAI telah berhasil membuat algoritma berbasis machine learning yang bisa membuat berita hoaks sendiri. Cukup memasukkan inti berita, mesin ini dapat memproduksi berita hoaks sendiri dengan tata bahasa yang menyakinkan.

Seperti dicontohkan tim peneliti ke MIT Technology Review, awal pembuatan berita hoaks cukup dimulai dengan “Rusia memutuskan perang melawan AS setelah Donald Trump..”. Setelah itu, algoritma berita hoaks ini akan menulis rentetan kalimat berikutnya dengan sangat menyakinkan. Algoritma tersebut bisa memasukkan konteks artikel (ketegangan antara Rusia dan AS) dan mengarang kutipan dari pemerintah Rusia dan AS.

Untuk menciptakan mesin berita hoaks ini, tim peneliti menggunakan data berupa 45 juta halaman web. Menggunakan machine learning, mesin algoritma ini kemudian “belajar” dari semua teks tersebut hingga kemudian membuat berita sendiri.

Saat ini, algoritma buatan OpenAI ini memang belum sempurna. Selama uji coba, mesin algoritma ini masih banyak memproduksi berita yang tidak masuk akal dan terlihat mengada-ada. Namun sebagian artikel yang dibuat mesin ini terlihat sangat menyakinkan.

Jay Clark, Policy Director di OpenAI, meyakini mesin algoritma ini akan terus membaik. “Saya kira dalam 1-2 tahun ke depan, teknologi ini akan matang dan dapat digunakan untuk memproduksi berita hoaks dan propaganda” ungkap Clark. Ketika itu terjadi, mesin pembuat berita hoaks ini dapat memproduksi berita dalam jumlah yang masif, bahkan bisa menyesuaikan diri dengan segmen pembaca yang disasar.

Akan tetapi, Clark juga menyebut teknologi ini juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan positif. Dengan menggunakan pendekatan yang sama, algoritma ini bisa digunakan untuk menyimpulkan sebuah artikel panjang. Pemanfaatan lain adalah menambah kemampuan komunikasi dari chatbot.

Untungnya, OpenAI dan beberapa institusi sudah bersiap menghadapi gelombang berita hoaks buatan algoritma ini. Contohnya tim peneliti dari University of Washington yang membuat algoritma “tandingan” yang bisa mendeteksi jika sebuah artikel adalah hoaks dan dibuat oleh mesin. Uniknya, algoritma pendeteksi ini juga menggunakan teknik machine learning.

Pendek kata, machine learning memang seperti pisau bermata dua. Teknologi ini bisa digunakan untuk tujuan terpuji, namun juga bisa disalahgunakan untuk tujuan tercela.