Go-Jek secara resmi mengakuisisi AirCTO, sebuah perusahaan recruitment asal India. Go-Jek tidak menyebut nilai akuisisi, namun langkah ini semakin meningkatkan eksistensi Go-Jek di India.
AirCTO sendiri adalah perusahaan perekrutan yang menggabungkan Artificial Intelligence (AI) dan tim ahli untuk melakukan proses perekrutan. “Fokus utama AirCTO adalah menjawab kesulitan perusahaan teknologi dalam mencari talenta yang dibutuhkan” ungkap Atif Haider, pendiri AirCTO.
Ada tiga layanan utama ditawarkan AirCTO, yaitu database talenta, chatbot untuk menyortir talenta, serta kumpulan tenaga ahli yang melakukan interview terhadap talenta yang ingin direkrut.
Dengan mengakuisisi AirCTO, Go-Jek berharap bisa meningkatkan kecepatan serta kualitas dari talenta yang mereka rekrut. “Menemukan talenta berkualitas selalu menjadi tantangan tersendiri, namun pendekatan berbasis teknologi dari AirCTO akan membantu kami menjawab tantangan tersebut” ungkap Sidu Ponnappa, pemimpin Go-Jek India.
Selain mengakuisisi AirCTO, Go-Jek juga membuka kantor baru di Gurgaon, sebuah kota di selatan New Delhi, India. Kantor baru ini rencananya akan akan menampung 100 karyawan baru yang akan direkrut Go-Jek dalam waktu dekat. “Setelah menyeleksi berbagai pilihan, kami memilih Gurgaon karena area ini menawarkan pilihan talenta yang sangat menarik” ungkap Sidu.
Semakin Luas
Go-Jek saat ini memang mengandalkan talenta asal India untuk pengembangan di sisi teknologi. Sang CTO, Ajey Gore, adalah pria kebangsaan India yang mengelola kantor Go-Jek Tech di Bangalore. Saat ini setidaknya ada 400 karyawan yang berkantor di India, yang sebagian besar mengelola sisi teknis dari layanan Go-Food.
Selain AirCTO, Go-Jek telah melakukan akuisisi terhadap beberapa perusahaan asal India. Pada tahun 2016, Go-Jek mengakuisisi empat startup India, yaitu C42 Engineering, Leftshift, Pianta, dan Codelgnition. Semua startup tersebut adalah pengembang aplikasi mobile, yang kemudian menjadi tulang punggung pengembangan aplikasi Go-Jek seperti yang kita kenal saat ini.
Maret kemarin, Go-Jek juga membeli Mobile Premier League (MPL), startup e-sport asal India. Go-Jek juga menggelontorkan investasi sekitar US$10 juta ke Rebel Food, layanan pengantaran makanan seperti Go-Food asal India.
Sebenarnya, bukan cuma Go-Jek yang aktif memperbesar tim dari India. Pesaing utama mereka, Grab, juga memiliki kantor R&D di India. Bahkan seperti ditulis Indiatimes, Grab akan merekrut 200 karyawan baru untuk kantor mereka di Bangalore dalam 12-18 bulan ke depan. Tim baru ini diharapkan akan mempercepat perluasan layanan Grab di sektor finansial dan pemetaan.
Harus diakui, India memang memiliki banyak talenta di bidang teknologi. Keberadaan talenta inilah yang membuat Go-Jek dan Grab aktif memperluas basis karyawan di sana. Namun fakta ini juga pantas menimbulkan pertanyaan besar untuk ekosistem ekonomi digital Indonesia: kapan talenta lokal bisa bersaing dengan talenta India?