Jerman meraup 6,5 miliar Euro atau setara dengan Rp104 triliun dari penjualan frekuensi 5G ke perusahaan telekomunikasi di Jerman.
Jaringan 5G sendiri adalah generasi terbaru dari komunikasi seluler seluler terbaru.
Keuntungan itu dapat menutup kesenjangan digital di negara yang jaringan nirkabelnya hanya menempati peringkat ke-46 di dunia untuk kecepatan unduhan seperti dikutip AFP.
Sebelumnya, Badan Jaringan Federal Jerman mengumumkan hasil lelang 5G tiga bulan lalu dan nilai yang dikantongi melebihi ekspektasi awal antara tiga hingga lima miliar Euro.
Tiga penyedia jaringan seluler utama Jerman yakni Deutsche Telekom, Vodafone, dan Telefonica Germany (O2) yang khusus dalam layanan internet membeli 41 blok frekuensi yang ditawarkan. Deutsche Telekom mengambil bagian jaringan 5G terbesar.
Jaringan 5G menjanjikan transfer data yang lebih cepat secara radikal, memungkinkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan kemajuan teknologi tinggi lainnya seperti mobil tanpa sopir dan telemedicine.
Berlin akan meminta penawar yang menang untuk menawarkan layanan kepada setidaknya 98 persen rumah tangga Jerman dan di sepanjang jalan raya dan jalur kereta api.
Amerika Serikat (AS) mendesak Jerman untuk melarang operator membangun jaringan perangkat keras dari perusahaan teknologi Tiongkok, Huawei.
Larangan ini dengan alasan bahwa peralatan itu dapat membantu Beijing memata-matai perusahaan dan pemerintah Barat.