Find Us On Social Media :

Dicekik Jepang, Penjualan Flagship Galaxy Note 10 Terancam Telat

By Adam Rizal, Rabu, 17 Juli 2019 | 11:30 WIB

Bocoran Desain dan Fitur Galaxy Note 10

Ponsel flagship teraru Samsung, Galaxy Note 10, siap meluncur pada awal Agustus mendatang. Namun media Korea Selatan mengabarkan bahwa produksi Galaxy Note 10 terganggu kondisi politik Korea Selatan - Jepang.

Hal itu bisa berdampak kepada telatnya penjualan Galaxy Note 10.

"Bulan ini, Samsung telah memangkas target produksi chip Exynos sebesar 10 persen, chip itu akan dipakai untuk Note 10," ujar salah satu pejabat Samsung saat diwawancara radio lokal JTBC.

Sisa 10 persen yang dipangkas itu akan dikejar produksinya pada bulan depan. Jepang sedang memberlakukan pembatasan ekspor ke Korea Selatan gara-gara konflik berkepanjangan kedua negara menyangkut kompensasi pekerja paksa Korsel di masa Perang Dunia II.

Pembatasan ekspor diberlakukan terhadap tiga bahan penting yang diperlukan untuk produksi semikonduktor dan layar smartphone di industri teknologi Korea Selatan.

Padahal, Jepang menguasai sebagian besar pasaran dunia atas bahan dimaksud, yakni fluorinated polymides (90 persen stok dunia berasal dari Jepang), hydrogen fluoride (70 persen), dan photoresist (90 persen).

Pelaku industri teknologi Korsel seperti Samsung, LG Display, dan SK Hynix pun terancam kesulitan bahan baku.

Tindakan Jepang ini disambut gelombang protes oleh para warga Korsel yang menyerukan boikot terhadap produk-produk asal Negeri Sakura tersebut.

Tagar #BoycottJapan pun menjadi sempat trending di media sosial di kalangan warganet Korsel.

Galaxy Note 10 sendiri rencananya bakal dirilis di New York, Amerika Serikat (AS) pada 7 Agustus mendatang, dan mulai dijual di Korea Selatan pada 23 Agustus. Samsung mengatakan jadwal peluncuran tidak berubah.

Petinggi Samsung juga telah mengunjungi pabrik rekanan di Jepang minggu lalu untuk berdiskusi dengan para petinggi produsen komponen chip dan layar ponsel.

"Pembatasan perdagangan bisa berefek negatif bagi industri material Jepang, karena perusahaan teknologi Korea menjadi konsumen terbesarnya," kata Lee Su-bin, analis dari Daishin Securities seperti dirangkum The Investor.

Meski demikian, Su-bin memprediksi pemerintah Jepang tidak akan menghentikan total pengiriman ekspor bahan baku chip tersebut, karena bisa merusak pasaran chip global dan industri elektronik.