Bulan Mei lalu, pemerintah AS di bawah adminitrasi Presiden Donald Trump memasukan Huawei ke dalam daftar hitam bernama entity list. Akibatnya, perusahaan asal AS dilarang berkongsi dengan vendor asal China tersebut.
Google menjadi perusahaan pertama yang menangguhkan bisnisnya dengan Huawei, diikuti beberapa perusahaan lain termasuk Microsoft.
Nasib Huawei tersebut belakangan disebut membawa angin segar untuk Xiaomi dan Samsung.
Laporan dari perusahaan riset Kantar World Panel mengungkap bahwa dua vendor itu adalah yang paling merasakan manfaat dari kabar negatif yang menerpa Huawei selama blacklist.
"Dampak dari pemberitaan buruk terlihat jelas dalam data, pangsa Huawei dari kuartal ke kuartal turun 1,9 poin di wilayah EU5 (Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris)," kata Dominic Sunnebo (Direktur Global Kantar).
"Indikasi awal adalah Samsung dan Xiaomi adalah penerima manfaat utama, sedangkan Apple mengalami sedikit kenaikan dalam penjualannya," imbuhnya.
Menurut Sunnebo, konsumen Huawei memilih untuk melihat situasi yang akan datang dan menunda membeli ponsel Huawei yang baru. Sejauh ini, nasib Huawei di tangan Donald Trump memang masih belum jelas.
Trump, saat agenda KTT G20 di Osaka beberapa waktu lalu, sempat melunak dengan mengijinkan Huawei kembali berbisnis dengan perusahaan AS. Namun, belum jelas apakah bisnis akan kembali seperti semula atau ada batasan-batasan tertentu.
Beberapa perusahaan AS pun mengambil langkah aman dengan menunggu keputusan Departemen Perdagangan AS.
Apple Tetap Loyo Apple yang notabene perusahaan asal AS, justru tidak mendapat banyak keuntungan dari pemblokiran Huawei.
Apple hanya mendapatkan sedikit pertumbuhan penjualan yang tidak sebesar perusahaan non-AS seperti Samsung.
Menurut laporan Kantar, ponsel Android menguasai 80,1 persen dari total penjualan smartphone di lima besar pasar Eropa yang disebut EU5. Angka ini naik 0,6 persen dari kuartal lalu.