Sebagai penyedia layanan cloud gaming, Skyegrid tentu harus dapat menghantarkan pengalaman bermain gim video di mana saja dan kapan saja. Bagaimana infrastruktur cloud memungkinkan sebuah layanan cloud gaming?
Di era cloud, Anda tak perlu lagi merogoh kocek dalam-dalam untuk bermain gim. Untuk memainkan gim-gim PC yang tergolong intensif menggunakan daya komputasi, kini penggila gim tidak perlu memiliki PC gaming dengan spek canggih dan tidak perlu mengunduh serta menginstalasi gim. Ditambah lagi, Skyegrid menyediakan gim untuk dimainkan di beberapa platform, seperti Android, Windows 7/64 bit atau yang lebih baru, dan MacOS.
“Cocok untuk kita karena lebih terjangkau, device tidak perlu yang mahal, cukup berlangganan saja dan Anda bisa main gim video kapan saja dan di mana saja,” ujar Rolly Edward, CEO & Founder Skyegrid.
Bagi penggemar gim, layanan Skyegrid sebenarnya adalah Software as a Service (SaaS) yang berada di cloud dan diakses pengguna melalui internet. Cloud gaming mirip layanan video streaming, tetapi interaktif. Server di cloud lah yang menjalankan gim dan melakukan streaming video dari gim tersebut ke user. Action dari keyboard, mouse, dan controller input dikirimkan melalui jaringan internet ke server gim di cloud. Server di cloud mengambil alih tugas-tugas berat yang dulu dijalankan oleh PC. Sementara komputer atau perangkat pengguna hanya menerima streaming video (dan audio) dan mengirim input command.
Infrastruktur cloud yang menopang rata-rata 100-300 user bermain di atas platform gim Skyegrid setiap harinya adalah server bare metal dari IBM Cloud. “Di tiap server ada beberapa virtual machine, dan satu VM ini bisa untuk sekitar 16 orang bermain bareng,” cerita Rolly. Sementara peran Skyegrid adalah sebagai middleware berupa game API.
Selain server, IBM Cloud juga mendukung dalam mengelola penggunaan bandwidth. “IBM sangat membantu dari sisi internet dan bandwidth management,” jelas Rolly.
Salah satu tantangan yang dihadapi Skyegrid adalah menjaga tingkat efisiensi storage. “Jumlah storage yang dibutuhkan untuk install game-nya itu otomatis terbatas. Tantangan kami adalah misalnya kami sediakan banyak game tapi game-game yang dimainkan user, misalnya, hanya 10 dari 96 game,” papar Rolly.
“Kami memang dikenal dan besar di segmen enterprise. IBM mengembangkan framework dan metodologi yang sudah teruji serta industry expertise untuk pelanggan kami yang memang masih besar di area enterprise. Namun kami juga mulai memberikan solusi dan service dengan level yang sama (dengan enterprise) untuk area-area di mana hal-hal baru muncul,” jelas Lianna Susanto, Country Manager, Cloud & Cognitive Software, IBM Indonesia.
Rolly Edward sendiri awalnya tidak melirik IBM saat mencari-cari server dengan spesifikasi GPU yang dibutuhkan platform cloud gaming. “Di awal perjalanan Skyegrid tahun 2016, saya sendiri nggak kepikiran IBM karena enterprise banget. Tapi setelah saya telusuri ternyata produknya sangat lengkap, termasuk GPU dengan spesifikasi yang kami butuhkan,” Rolly menjelaskan awal mula Skyegrid memilih IBM Cloud.
Tak dapat dipungkiri bahwa cloud computing telah menjadi mainstream dan mulai digunakan di banyak sektor, baik di segmen enterprise maupun segmen yang lain. Saat ini, menurut Lianna, implementasi cloud saat ini sudah memasuki babak kedua. Di bagian kedua ini, implementasi cloud berisi pengalihan pekerjaan kritikal perusahaan menuju cloud, serta mengoptimalisasi berbagai pilar-pilar bisnis, mulai dari supply chain sampai ke sistem core banking.