Xiaomi baru saja merilis laporan keuangan untuk kuartal dua sekaligus semester pertama 2019. Hasilnya terbilang sangat impresif. Untuk Q2 2019 ini, Xiaomi berhasil meraih pendapatan total sebesar RMB 51,95 miliar atau sekitar Rp.104,86 triliun; meningkat 14,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari pendapatan sebesar itu, sebanyak Rp.7,34 triliun menjadi laba. Angka ini meningkat 71,7% dari tahun sebelumnya. Sedangkan jika dihitung berdasarkan semester pertama 2019 (Januari-Juni 2019), Xiaomi berhasil meraih laba Rp.11,54 triliun atau naik 49,8%.
“Berkat usaha keras Xiaomi, kami mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang solid, mencetak laba [yang besar] dan menjadi perusahaan termuda dalam daftar Fortune Global 500 pada tahun 2019, walaupun menghadapi tantangan ekonomi global” ungkap Lei Jun, pendiri sekaligus CEO Xiaomi.
Menurut Lei Jun, kesuksesan Xiaomi ini didasari keberhasilan dual-engine strategy yang berpaku pada smartphone dan AIoT (Artificial Intelligence of Things). “Ke depan, kami akan selalu memperkuat kapabilitas dari litbang dan investasi kami dalam memanfaatkan kesempatan yang besar dari kehadiran pasar 5G dan AIoT serta upaya yang kuat untuk mencapai cita-cita perusahaan,” tambah Lei Jun.
Xiaomi: Antara Smartphone dan IoT
Mesin utama pertumbuhan Xiaomi tentu saja masih di perangkat smartphone. Pada Q2 2019 ini, Xiaomi berhasil mencatat penjualan 32,1 juta unit smartphone dan total pendapatan RMB 32 miliar (Rp.64,59 triliun). Menurut lembaga riset Canalys, Xiaomi menduduki peringkat ke-4 di dunia dalam pengapalan smartphone per Q2 2019 ini.
Selain berhasil menjual lebih banyak, Xiaomi juga berhasil meningkatkan harga rata-rata (Average Selling Price atau ARP) dari penjualan smartphone-nya. Untuk pasar China, kenaikan ARP mencapai 13,3%, sementara untuk pasar internasional meningkat 6,7%.
Data ini menunjukkan, konsumen kini rela membeli smartphone Xiaomi yang memiliki rentang harga lebih tinggi. Bahkan smartphone Xiaomi dengan harga di atas RMB 2000 (atau sekitar Rp.4,03 juta) kini menyumbang 32,3% dari total pendapatan Xiaomi. Dengan kata lain, Xiaomi kini tidak lagi mengandalkan pendapatannya dari smartphone kelas entry level.
Selain smartphone, bisnis IoT dan perangkat gaya hidup Xiaomi juga terus tumbuh. Per Q2 2019 ini, pendapatan bisnis AIoT Xiaomi mencapai Rp.30,09 triliun atau 28,8% dari total pendapatan Xiaomi. Padahal di tahun lalu, bisnis IoT Xiaomi hanya berkontribusi 22,9% dari total pendapatan. Hal ini menunjukkan produk selain smartphone mulai menemukan momentum dan dapat menjadi mesin pertumbuhan baru bagi Xiaomi.
Data lain yang menarik adalah sebanyak 40% pendapatan Xiaomi berasal dari penjualan internasional alias di luar China. Pasar internasional yang paling menggiurkan bagi Xiaomi adalah India, di mana Xiaomi berhasil menjadi pemimpin pasar selama dua tahun terakhir.