Find Us On Social Media :

BCA, Telkomsel Mendorong Inovasi dengan Teknologi Open Source

By Liana Threestayanti, Selasa, 8 Oktober 2019 | 17:00 WIB

Damien Wong, Vice President & General Manager, Asian GEMs (ASEAN, Korea, Hong Kong, Taiwan) at Red Hat; Dirk-Peter van Leeuwen, Senior Vice President and General Manager for Asia Pacific, Red Hat; Hermawan Thendean, Executive Vice President, BCA; Rully Moulany, Country Manager, Red Hat Indonesia

Tuntutan pelanggan untuk memperoleh layanan digital yang lebih cepat mendorong berbagai perusahaan di Indonesia untuk terus berinovasi. Teknologi open source memungkinkan perusahaan berinovasi dengan lebih cepat.

Bank BCA dan Telkomsel memperlihatkan bagaimana teknologi open source memungkinkan perusahaan menjawab tantangan bisnis dan kebutuhan pelanggan saat ini dan di masa depan dengan inovasi berkelanjutan. Hasil yang dicapai keduanya berhasil membawa BCA dan Telkomsel sebagai pemenang Red Hat Innovation Awards Asia Pasifik 2019.

Di industri perbankan, agility sangat dibutuhkan, tidak saja untuk memenuhi tuntutan nasabah yang menginginkan layanan yang lebih cepat tetapi juga untuk meningkatkan inklusi keuangan. Untuk menjadi lebih agile, BCA beralih dari arsitektur aplikasi lama ke platform yang menawarkan integrasi berbasis API.

Untuk meningkatkan kelincahan dalam pengembangan aplikasi, dengan dukungan Red Hat Consulting, BCA mengimplementasikan Red Hat OpenShift Container Platform dan Red Hat 3Scale API Management. Arsitektur modern berbasis API ini mengintegrasikan sistem dan aplikasi internal dengan lebih cepat dan scalable sehingga tim aplikasi BCA dapat mengembangkan dan menyebarkan aplikasi secara lebih aman dan efisien.

Selain kecepatan, menurut Hermawan Thendean, Executive Vice President, Group Strategic Information Technology, Bank Central Asia, BCA memperoleh keunggulan teknologi open source dengan cara-cara yang lebih aman karena ada dukungan teknis dari Red Hat. “Organisasi seperti bank, kalau menggunakan open source tanpa support tentu akan sangat riskan,” imbuhnya.

Di sisi lain, ternyata implementasi teknologi open source membuat BCA lebih mudah merekrut calon karyawan. “Untuk rekrut orang masuk bank sangat susah karena dikategorikan legacy system. Tapi setelah kita pakai open source, itu membuat satu ketertarikan talenta, bahwa ternyata bank juga terbuka dalam hal teknologi,” cerita Hermawan Thendean.

Damien Wong, Vice President & General Manager, Asian GEMs (ASEAN, Korea, Hong Kong, Taiwan) at Red Hat; Dirk-Peter van Leeuwen, Senior Vice President and General Manager for Asia Pacific, Red Hat; Bharat Alva, Chief Information Officer, Telkomsel; Rully Moulany, Country Manager, Red Hat Indonesia

Tak jauh berbeda dengan BCA, Telkomsel juga dihambat oleh sistem lama sehingga sulit bergerak lebih cepat ketika harus mengakomodasi kebutuhan bisnis dan pelanggan. Bharat Alva, Chief Information Officer, Telkomsel, mengatakan bahwa tantangan terbesar perusahaan adalah seberapa cepat Telkomsel dapat mengikuti kebutuhan pelanggan.

It's never fast enough dan kami harus terus menemukan cara-cara yang lebih cepat  dan lebih baik dan memastikan apapun yang kami sajikan kepada pelanggan adalah stabil,” imbuh Bharat.

Oleh karena itu, pada tahun 2017, perusahaan telekomunikasi dengan sekitar 168 juta pelanggan itu menetapkan arahan strategi bisnis untuk bertransformasi digital, beralih dari sistem monolitik yang bersifat siloed dan kompleks.

Di jantung transformasi tersebut adalah platform Digital Core dan migrasi ke aplikasi cloud-native yang menggunakan container dan microservices. “Container dan microservices memungkinkan kami merilis software tadinya sekali tiap tiga bulan, sekarang bisa sekali dalam seminggu. Inilah agility yang kami kembangkan dan lakukan sekarang,” jelas Bharat Alva. 

Telkomsel mengimplementasikan platform enterprise Kubernetes, Red Hat OpenShift, untuk beralih ke aplikasi cloud-native. Telkomsel juga menggunakan layanan berbasis API untuk menyederhanakan integrasi dengan mitra pihak ketiga dan memungkinkan perusahaan untuk mengujicobakan tiga produk baru dalam proyek Digital Core-nya: penelusuran dan pembelian produk, layanan informasi pelanggan, dan layanan dompet mobile.

Sementara pemenang Red Hat Innovation Award tahun lalu, Bank BTPN, melihat tekologi open source sebagai cara berinovasi dengan cepat tapi efisien. “Kami adopsi open source untuk inovasi tapi kami tidak harus melakukan development berlebihan, dan ada support dari vendor. Yang ingin kami dapatkan adalah inovasinya, sesuatu yang barunya, tapi kami tidak ingin men-develop semuanya,” YB Hariantono, Head of Information Technology, Bank BTPN, menjelaskan alasan BTPN mengadopsi enterprise open source seperti yang ditawarkan Red Hat.