Padahal, membiayai perusahaan rintisan bisa diibaratkan membakar uang, namun para investor asal negeri Samurai itu meyakini perusahaan rintisan di Indonesia berpotensi besar. Fakta menunjukkan negeri berpenduduk 265 juta jiwa itu telah memiliki empat startup pada level unicorn.
Harapan pemerintah terhadap investor baik PMA maupun PMDN begitu besar untuk membangun negeri ini.
Pemerintah sadar sepenuhnya dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tak cukup untuk membuat roda pertumbuhan ekonomi berputar kencang.
Gagal Balik Modal
Di sisi lain, aksi bakar duit yang dilakukan perusahaan-perusahaan rintisan atau yang lebih dikenal sebagai startup tidak selamanya berjalan lantar.
Sejumlah startup besar di penjuru dunia harus mengalami perampingan bisnis di tengah geliat ekonomi digital yang masih terus melaju.
Sebut saja, Zomato yakni startup aggregator restoran asal India yang melakukan pengurangan pegawai.
Selanjutnya startup lain yang telah IPO di bursa saham New York yaitu Uber, juga melakukan langkah yang sama.
Lalu ada juga kejatuhan yang menimpa startup WeWork yang punya pola yang sama, yaitu punya nilai valuasi sangat tinggi tapi belum jelas kapan menghasilkan untung dan terus saja 'membakar' uang.