Find Us On Social Media :

Kunci Sukses Startup di Indonesia, Harus Berani Bakar Duit

By Adam Rizal, Rabu, 16 Oktober 2019 | 17:00 WIB

Ilustrasi Startup

Perusahaan rintisan atau startup kerap melakukan aksi bakar uang (burning money) untuk mengkerek valuasi perusahaannya menjadi tinggi.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita merupakan aksi bakar uang adalah hal yang susah dihindari di industri startup.

Biasanya, perusahaan e-commerce melakukan aksi bakar duit berupa promo, apakah itu diskon maupun cashback.

"Itu suatu keniscayaan yang ngga bisa dihindari. Tidak mungkin negara-negara seperti Indonesia mengatakan, tunggu dulu kami belajar dulu kemudian negara lain sudah melakukan itu," ujar Mendag di Jakarta.

Aksi bakar duit startup itu bakal menambah sisi positif yakni meningkatkan permintaan penjualan dan akan menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kalau daya beli masyarakat meningkat dan speaking consumer itu meningkat akan bantu pertumbuhan ekonomi, itu rumus sederhana," jelasnya.

Dengan meningkatnya jumlah pengguna, perusahaan rintisan akan memiliki data pengguna yang lebih besar untuk bisa meningkatkan layanannya.

Terkait aksi bakar duit perusahaan startup, Mendag Enggar menyarankan agar bisa digunakan untuk mendorong produk-produk lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

"Kita akan dorong tetapi, tahapan yang paling kritis harus dilakukan dan lalui yaitu bagaimana menyadarkan konsumen kita bagaimana pakailah produk lokal, dalam negeri, belanja di produk-produk kita. Tanpa kesadaran itu kami enggak mungkin paksa atau melarang itu semua," tandasnya.

Pesona Startup

Sofbank menyalurkan modal lewat Grab atau Mitsubishi yang menyuntikkan dana ke Go-Jek. Kedua perusahaan raksasa tersebut berani melepas sahamnya hingga triliunan rupiah.

Kabarnya Sofbank dan Mitsubishi lebih tergoda membiayai startup karena daya tarik sektor automotif belakangan ini sedikit meredup.

Padahal, membiayai perusahaan rintisan bisa diibaratkan membakar uang, namun para investor asal negeri Samurai itu meyakini perusahaan rintisan di Indonesia berpotensi besar. Fakta menunjukkan negeri berpenduduk 265 juta jiwa itu telah memiliki empat startup pada level unicorn.

Harapan pemerintah terhadap investor baik PMA maupun PMDN begitu besar untuk membangun negeri ini.

Pemerintah sadar sepenuhnya dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tak cukup untuk membuat roda pertumbuhan ekonomi berputar kencang.

Gagal Balik Modal

Di sisi lain, aksi bakar duit yang dilakukan perusahaan-perusahaan rintisan atau yang lebih dikenal sebagai startup tidak selamanya berjalan lantar.

Sejumlah startup besar di penjuru dunia harus mengalami perampingan bisnis di tengah geliat ekonomi digital yang masih terus melaju.

Sebut saja, Zomato yakni startup aggregator restoran asal India yang melakukan pengurangan pegawai.

Selanjutnya startup lain yang telah IPO di bursa saham New York yaitu Uber, juga melakukan langkah yang sama.

Lalu ada juga kejatuhan yang menimpa startup WeWork yang punya pola yang sama, yaitu punya nilai valuasi sangat tinggi tapi belum jelas kapan menghasilkan untung dan terus saja 'membakar' uang.