Find Us On Social Media :

IDC: Belanja Sistem AI di Asia Pasifik Terus Bertumbuh Pesat

By Cakrawala, Senin, 21 Oktober 2019 | 21:03 WIB

Berdasarkan laporan yang baru saja dikeluarkannya, IDC meyakini bahwa belanja sistem AI (artificial intelligence) di Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang) akan terus bertumbuh, setidaknya sampai tahun 2023. Belanja tersebut diprediksikan akan mencapai sebanyak US$21,4 miliar pada tahun 2023 dengan CAGR (compound annual growth rate) sebesar 39,6% untuk periode 2018 sampai 2023. Bahkan, pada tahun 2019 ini, IDC memperkirakan pengeluaran untuk sistem AI di Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang) akan mencapai US$6,2 miliar, yang berarti bertumbuh hampir 54% dibandingkan tahun 2018 lalu.

"Artificial intelligence memiliki dampak di banyak industri dengan utilisasi yang tersebar luas tetapi masih pada tingkat yang awal di Asia/Pasifik. Dari memberikan chat bot untuk layanan konsumen yang lebih baik sampai meningkatkan efisiensi operasi dan tugas untuk bisnis model mereka, industri seperti perbankan, retail, dan layanan profesional bebelanja teknologi ini dalam volume besar," sebut Ritika Srivastava (Associate Market Analyst, IDC Asia/Pacific).

Sebagian besar dari belanja sistem AI di Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang) adalah untuk hardware. Menurut IDC, pada tahun 2019 akan terdapat hampir US$4 miliar pengeluaran untuk server dan storage. Namun, pengeluaran untuk software memiliki pertumbuhan yang tertinggi dengan CAGR sebesar 71,3%.

Sementara, dari sisi industri, dua yang memiliki proporsi terbesar adalah perbankan dan retail. Perbankan memiliki proporsi sebesar 10,7%, sedangkan retail dengan 10,2%. Perbankan menggunakan AI untuk analisis dan investigasi penipuan serta agen customer service yang terotomatisasi. Retail sendiri menggunakan AI antara lain untuk rekomendasi produk dan penasihat belanja tingkat lanjut serta merchandising untuk operasi penjualan banyak kanal.

Adapun untuk negara, Cina tentunya menjadi yang teratas dengan proporsi sebesar 71%. Namun, IDC menemukan bahwa negara lain seperti Korea dan Australia mulai mendapatkan momentum dalam mengadopsi AI. Pada tahun 2019, kedua negara ini masing-masing memiliki proporsi sebanyak 5,4% dan 5,1%.