Saat merilis Mate 30 Series di Munich, Jerman, pertengahan September lalu, Huawei meluncurkan dua varian. Yang pertama adalah Mate 30 Pro, yang kedua adalah Mate 30 reguler (tanpa Pro).
Namun khusus untuk Indonesia, Huawei ternyata hanya merilis Huawei Mate 30 Pro dan varian warna pun hanya satu (yaitu Space Silver). Huawei memilih tidak membawa Mate 30 reguler ke pasar Indonesia. Hal itu pun bukan tanpa alasan.
"Itu salah satu strategi kita. Dengan situasi Huawei seperti sekarang kami harus mengelola pasar dan ekspektasi, terutama untuk partner kita nanti," jelas Lo Khing Seng, Deputy Country Director Huawei CBG Indonesia saat ditemui usai peluncuran Mate 30 Pro di Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Huawei mengaku tidak ingin gegabah dengan strategi pemasaran smartphone flagship-nya di tengah kondisi serba terbatas. Seperti diketahui, pertengahan tahun lalu Huawei masuk ke dalam daftar hitam Pemerintah Amerika Serikat.
Dengan demikian, Huawei tidak bisa berbisnis dengan perusahaan asal AS, termasuk Google, produsen software Android yang selama ini menjadi basis utama smartphone Huawei.
Menjaga Ekspektasi
Selain memiliki perbedaan dari sisi spesifikasi, desain Mate 30 Pro dan Mate 30 reguler juga berbeda. Layar Mate 30 Pro melengkung di sisi kiri dan kanan, sementara Mate 30 memiliki layar rata. Menurut Khing Seng, semakin sedikit model yang mereka pasarkan, semakin mudah bagi Huawei untuk memasarkannya di Indonesia.
Utamanya untuk sosialisasi Huawei Mobile Service (HMS), pengganti Google Mobile Service (GMS), yang menyebabkan aplikasi populer Google tidak bisa diakses secara instan.
Huawei ingin memastikan pengalaman pengguna dengan HMS bisa maksimal lebih dulu. "Semakin banyak line up yang di-handle, semakin kompleks dan semakin banyak risiko. Kami juga harus menjaga bagaimana mitra kami bisa berbisnis dengan sehat," imbuhnya.
Dipilihnya versi "Pro" ketimbang versi reguler juga memiliki pertimbangan tersendiri. Huawei menilai, masyarakat Indonesia di segmen menengah ke atas lebih mengutamakan teknologi yang ditawarkan ketimbang harga.
"Jadi kalau kita bawa yang tanggung-tanggung malah enggak dilihat," katanya.
Kendati demikian, Khing Seng tidak menutup kemungkinan masuknya model lain ke Indonesia apabila situasi sudah terkendali. Khing Seng pun tidak muluk-muluk mematok target penjualan Mate 30 Pro dengan situasi seperti ini.
Ia hanya berharap penjualannya tidak akan jauh dengan seri Mate 20 tahun lalu, tanpa menyebutkan detail angkanya.