Hasil tersebut akan ditampilkan melalui interface hasil-hasil ekstrasi data tersebut. Pengguna aplikasi itu dapat memverifikasi data tersebut, kemudian menggunakannya untuk melakukan analisa.
Jika data yang ditemukan algoritma AI itu salah, pengguna dapat memperbaikinya agar mesin tersebut dapat belajar dan meningkatkan akurasinya.
Untuk tingkat ketepatan akurasi dari algoritma AI tersebut, Lintang masih belum bisa memberikan angka yang pasti karena baru diuji coba dalam set data yang sempit ketika penjurian lomba.
"Masalah akurasinya sendiri kita masih belum bisa menyimpulkan, tapi algoritmanya sendiri sudah cukup bisa menyimpulkan dan membedakan informasi-informasi penting seperti jenis kejahatan dan satwa liarnya apa," tegasnya.
Lebih lanjut, Lintang tidak mengesampingkan kemungkinan untuk mengembangkan perangkat lunak itu menjadi sesuatu yang bisa dipakai oleh berbagai kalangan, seperti otoritas atau analis lembaga swadaya masyarakat yang berjuang untuk memberantas perdagangan satwa langka dan yang dilindungi.
Data-data yang dikumpulkan Pangolin dapat digunakan untuk meriset jalur perdagangan illegal, volumenya atau juga jenis-jenis satwa liar apa yang paling rentan diperdagangangkan.
Dari situ, ujar Lintang, analis dapat mengembangkan pola dan kesimpulan berbagai macam data yang sudah dikumpulkan oleh Pangolin.
Namun, untuk membuat prototipe tersebut menjadi produk yang siap digunakan untuk khalayak masih memerlukan waktu yang panjang dan dana yang tidak sedikit.
Selain melibatkan pakar AI seperti Lintang dan timnya, juga membutuhkan tenaga profesional lain hingga siap digunakan oleh pengguna umum.
"Software yang kita tawarkan kalau misalnya untuk production level berarti harus tidak hanya melibatkan AI engineer tapi juga software engineer, security management, dan sebagainya, sehingga saya sekarang sedang melihat kesempatan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait," ujar Lintang.
Ia kemudian berharap ada pihak yang tertarik untuk mengembangkan perangkat lunak tersebut menjadi proyek yang serius.
Terancam Punah