Find Us On Social Media :

Jangan Takut Kesasar, Kini Google Maps Punya Fitur "Stay Safer"

By Adam Rizal, Minggu, 24 November 2019 | 15:00 WIB

Google Maps Bisa Prediksi Kepadatan Penumpang Bus dan Kereta

Google merilis fitur baru di Google Maps bernama "Stay Safer". Fitur anti-kesasar ini bisa digunakan untuk mencegah pengendara tersesat, meski telah mengandalkan Google Maps sebagai pemandu jalan.

Stay Safer akan memberi tahu pengendara apabila rute yang dilalui melenceng sejauh 0,5 kilometer dari yang ditentukan sebelumnya oleh Google Maps.

Tidak hanya mencegah pengendara tersesat, fitur ini juga menambah rasa aman penumpang transportasi umum perorangan seperti taksi atau ojek online.

"Jika rutenya melenceng 0,5 kilometer, Google Maps akan mengirimkan peringatan ke ponsel Anda," jelas Chandu Tota, Director of Engineering Google Maps saat memperkenalkan fitur tersebut di acara Google for Indonesia di Jakarta.

Untuk meningkatkan keamanan, Google Maps juga menyediakan fitur "bagikan perjalanan" secara real-time.

Pengguna bisa membagikan perjalanannya langsung dari Google Maps ke aplikasi media sosial lain seperti WhatsApp secara real-time kepada orang terdekatnya.

Rekomendasi tempat makan, tercetus dari Indonesia Tidak hanya memberikan rasa aman, Google Maps juga menguji coba fitur untuk memudahkan pengguna mencari rekomendasi tempat makan dengan mengikuti "Local Guide".

Local Guide di Google Maps merupakan komunitas global berisi orang-orang yang sering memberikan kontribusi dan ulasan tentang restoran atau tempat lainnya di Google Maps.

Dengan mengikuti profil Local Guide, pengguna bisa lebih mudah mendapatkan rekomendasi tempat-tempat menarik sesuai yang diulas Local Guide.

Untuk menemukannya, buka aplikasi Google Maps, pilih tab "untuk saya", lalu klik salah satu Local Guide yang ingin Anda ikuti.

Setelah profilnya terbuka, klik "ikuti" untuk mendapatkan notifikasi saat si Local Guide menambahkan ulasan baru. Pengguna bisa mengaktifkan dan menon-aktifkan fitur ini kapan saja.

Tota mengklaim, fitur tersebut sedang diuji coba di beberapa kota di seluruh dunia, termasuk Jakarta.

"Awal mula idenya juga dicetuskan di Indonesia," kata Tota.