Oleh: Fadhil Ramadhan
Dedaunan satu per satu terlepas dari dahannya dan jatuh ke rerumputan di bawahnya. Pohon di samping rumah itu memang amat besar; melindungi rumah di sampingnya dari terik matahari yang pada siang itu, di Kepulauan Natuna, terasa amat menyengat. Di dalam rumah, di ujung ruang tengah, terlihat kardus-kardus yang telah disusun bertumpuk. Salah satu kardusnya tidak tertutup rapat. Berisikan sebuah jam tangan yang rencananya siang ini akan dikirimkan kepada pemesan yang membeli jam tersebut. Si penjual jam tangan sekaligus pemilik rumah masih mondar-mandir dari satu ruangan ke ruangan lainnya; menyiapkan barang pesanan.
Penjual jam tangan tersebut bernama Dodi Kasuma, 28 tahun. Semua jam yang dia jual, dikirimkan dari Batam oleh kawannya melewati cukai, barulah tiba di rumah Dodi. Dari rumahnya, Dodi menyiapkan ulang, baru dia kirimkan kepada pemesan. Sehari-hari, Dodi melakukan jual beli secara daring khususnya di kabupaten Kepulauan Natuna, provinsi Kepulauan Riau, umumnya di Indonesia. Produk yang Dodi jual bermacam-macam. “Saat ini produk utama yang saya jual yaitu jam tangan, dan senter untuk nelayan,” terang Dodi. Jual beli secara daring yang Dodi lakukan bukanlah melalui aplikasi jual beli seperti Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee. Melainkan lewat grup media sosial
Facebook. Nama grup tersebut yakni ‘Forum Jual Beli Terbesar di Natuna’ berisikan 37 ribu masyarakat asli Natuna.
“Biasanya saya berjualan di Facebook,” ujar Dodi. “Mereka menghubungi nomor milik saya yang sudah tercantum di status Facebook saya.” Dalam satu bulan, Dodi bisa menerima pesanan sampai 100 buah pesanan. “Paling jauh saya mengantar pesanan yaitu ke desa Kelanga, kecamatan Bunguran Timur Laut. Perjalanan ke Kelanga kurang lebih memakan waktu 90 menit,” kata Dodi, “Dan itu gratis ongkos kirim.” Berbeda dari kebanyakan jual beli secara daring, ongkos kirim pengantaran barang pada pembelian secara daring di toko daring milik Dodi tidak dikenakan biaya sama sekali alias gratis.
Bagi Dodi, proses jual beli yang dia lakukan berasa sangat mudah dengan adanya akses internet yang tidak lelet. Salah satu tantangan terbesar Dodi yaitu, pernah pada suatu malam, seorang pembeli meminta dikirimakan barang pesanannya pada jam 12 malam. Saat itu Dodi langsung bersiap dan meluncur ke lokasi pembeli. Dodi sangat mengutamakan pelanggan.
Syam Gusti Al-Qadri (27) merupakan salah satu orang yang pernah melakuakan pembelian secara daring. Dia berbagi pengalamannya tentang bagaimana membeli barang secara daring, mengingat membeli barang secara daring masih jadi hal dinilai meragukan oleh sebagian orang. “Perasaan ragu
saat membeli itu pasti ada. Membeli secara daring memang berisiko, dan kita harus tahu itu,” kata Syam Gusti. “Kalau barangnya bagus alhamdulillah. Kalau tidak bagus, mau tidak mau tetap kita terima.”
Pertama-tama Syam Gusti menghubungi pihak pembeli. Kalau dinilai meragukan, dia akan mencari penjual lain. Dalam satu bulannya, Syam Gusti bisa melakukan pembelian secara daring sebanyak sepuluh kali. Sebagian atau semua yang sudah dia beli biasanya juga dia jual lagi. Selain untuk membeli dan berjualan secara daring, Syam Gusti juga menggunakan internet untuk menghubungi keluarganya yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat. “Saya seorang perantau,” terang Syam Gusti, “Biasanya saya menghubungi orang tua saya dengan melakukan panggilan video untuk mengurangi kerinduan saya dengan keluarga.”
Di Natuna, akses internet ternyata juga turut membuka lapangan pekerjaan baru. Selain Dodi, banyak juga yang berjualan secara daring di Natuna. Selain itu, jasa layanan ekspedisi mulai tumbuh. Salah satunya yaitu jasa layanan ekspedisi milik Samsul Huda (27) yang baru buka. Pertama membuka jasa layanan ekspedisi, Samsul mengerjakan semuanya seorang diri. Jasa layanan ekspedisi milik Samsul baru dapat menerima kiriman barang ke Natuna. Jadi belum bisa mengirimkan barang dengan jasa layanan ekspedisi tersebut. Barang-barang yang dikirimkan ke Natuna kemudian Samsul kirimkan ke alamat tujuannya masing-masing. “Pengiriman dari Jakarta ke sini setiap hari ada yang tiba,” ujar Samsul. “Paling banyak yaitu pengiriman dari wilayah Ranai.”
Jasa layanan ekspedisi milik Samsul mendapat respons positif dari masyarakat. Kini jasa layanan ekspedisi milik Samsul sudah mepekerjakan beberapa karyawan. Internet juga menciptakan lapangan kerja baru di kepulauan Natuna. Jasa layanan ekspedisi ini adalah pelerjaan utama saya. Alhamdulillah, dari sini saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga tiap bulan,” ujar Samsul. “Saya pun ada impian ingin mengembangkan jasa layanan ekspedisi saya dan emperluas jangkauan dengan membuka cabang. Dalam pekerjaan ini, internet sangat membantu kami.”